REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Selamat Ginting/Wartawan Senior Republika
Universitas Nasional (Unas) menjadi salah satu perguruan tinggi yang memelopori kerjasama dengan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dan TNI untuk menyiapkan program komponen cadangan (komcad). Sebuah cara agar mahasiswa sebagai generasi milenial dapat menunjukkan kecintaannya kepada bangsa dan negara bergabung menjadi Komcad.
“Kami memfasilitasi bagi para mahasiswa Unas ikut program bela negara, salah satunya melalui program menjadi Komcad secara sukarela,” kata Rektor Unas Dr El Amry Bermawi Putera di Jakarta, kemarin.
Komcad adalah sebuah pasukan cadangan militer atau sebuah organisasi militer yang terdiri dari warga negara yang menggabungkan peran militer dengan karier sipil. Komcad dibutuhkan suatu negara untuk memobilisasi perang total atau untuk mempertahankan diri dari invasi.
Menurut Rektor Unas, pihaknya juga menyiapkan diri untuk menghadapi program Kampus Merdeka yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Dalam program itu, para mahasiswa bisa menggunakan tiga semester untuk belajar di luar program studinya. Baik untuk kegiatan magang, riset, wirausaha, hingga pertukaran pelajar, termasuk mengikuti komcad.
Unas sudah menjalin kerja sama dengan Kodam Jaya/Jayakarta. Saat pembukaan acara mahasiswa baru, Pangdam Jaya/Jayakarta Mayjen TNI Dudung Abdurachman menjadi dosen tamu dengan memberikan ceramah tentang nasionalisme dan bela negara bagi para mahasiswa baru Unas.
Dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda dan Hari Pahlawan belum lama ini Unas mengirimkan para mahasiswa baru tahun ajaran 2020/2021 ke Resimen Induk Kodam (Rindam) Jaya. Menjalani Pelatihan Karakter dan Kepemimpinan Mahasiswa (PKKM) Bela Negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam Jaya.
Gelombang pertama mahasiswa baru Unas sudah mengikuti pendidikan selama tiga hari pada Oktober 2020 lalu. Jumlah yang sudah terseleksi sekitar 250 orang dan dibagi dalam dua gelombang. Gelombang berikutnya menurut Wakil Rektor III Unas, akan dilakukan dalam waktu dekat sambil menunggu hasil evaluasi latihan tersebut.
Unas sudah menjalin kerja sama dengan Kemendikbud untuk membahas persiapan tersebut. Juga sudah bertemu Panglima Kodam Jaya/Jayakarta Mayjen TNI Dudung Abdurachman pada September 2020.
Termasuk bertemu dengan Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan Kemenhan Brigjen TNI Priyanto, mewakili Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, pada medio Oktober 2020.
“Kami membahas masalah bela negara untuk mahasiswa Unas, sekaligus memberikan kesempatan secara sukarela kepada mahasiswa Unas yang ingin bergabung menjadi komcad,” ujar El Amry Bermawi Putera.
Unas, kata Amry, banyak bekerja sama dengan perguruan tinggi di Korea Selatan. Ia melihat para mahasiswa di Korea Selatan sangat mencintai bangsanya melalui program wajib militer (wamil). Begitu cintanya hingga mempomulerkan K-Pop, namun tetap berlatih disiplin di barak-barak militer.
"Kita jangan mau kalah dengan para mahasiswa Korea Selatan. Berkarya seni tetapi menyiapkan fisik dan mentalnya seperti tentara. Siap jika sewaktu-waktu diperlukan negara untuk angkat senjata. Kalau perlu kita gelorakan budaya I-Pop atau Indonesia Popular ke negara lain,” kata Amry.
Kendati demikian, lanjut Amry, Komcad di Indonesia bukan wajib militer, seperti di Korea Selatan. Menjadi komcad harus dengan suka rela. Itu pun harus melalui seleksi terlebih dahulu. Sebagai embrio, Unas bekerja sama dengan Kodam Jaya.
Brigjen Priyanto saat bertemu dengan pihak Unas mengemukakan, Kementerian Pertahanan ingin para mahasiswa bisa mengikuti program itu selama sekitar satu semester. "Jika memenuhi syarat, saat lulus kesarjanaan akan menjadi perwira cadangan dengan pangkat Letnan Dua (Letda) komcad."
Ia berterima kasih Unas mengambil inisiatif terlebih dahulu untuk mendukung program negara. Sekaligus menawarkan agar mahasiswa Unas bisa mendaftar dan mengikuti seleksi komcad yang masih menunggu peraturan presiden.
Secara umum, lanjut Brigjen Priyanto, fungsi komcad ada dua, yakni mobilisasi dan demobilisasi. Selesai pendidikan komcad akan dikembalikan ke masyarakat sesuai aktivitasnya masing-masing. Apabila negara membutuhkan mereka dapat dipanggil kembali.
Sesuai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional Untuk Pertahanan Negara menyebut komcad adalah sumber daya nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama. Komponen utama dalam hal ini adalah TNI.
Pelatihan karakter
Sebelumnya sebagian daeri 250 mahasiswa baru Unas tahun masuk 2020/2021 menjalani PKKM Bela Negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam Jaya. Pelaksanaan PKKM Bela Negara ini merupakan kerjasama Unas dengan Kodam Jaya untuk membekali mahasiswa tentang nasionalisme, kedisiplinan serta wawasan kebangsaan.
Para peserta ini telah lolos pada uji rapid test Covid-19 dan dinyatakan bebas narkoba melalui Surat Keterangan Bebas Penyalahgunaan Narkoba. Selain itu, juga telah dipenuhi persyaratan berupa Surat Izin dari orangtua dan beberapa persyaratan lainnya.
Mereka menjalani pelatihan selama tiga hari. Kegiatan dimulai pukul 04.30 WIB, untuk persiapan sholat Subuh. Protokol kesehatan yang ketat diberlakukan di Rindam. Termasuk penyemprotan disinfektan semua barang yang dibawa mahasiswa.
Upacara pembukaan dipimpin Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan Unas Dr. Drs. Zainul Djumadin, Msi. Ia didampingi Wakil Komandan Depo Pendidikan Bela Negara, Mayor (Infanteri) Mistar. Pelatihan ini dipimpin Kasi Opsdik Mayor (Infanteri) M. Habli Aufa.
Rizki Ramadhan dari program studi akuntansi mengungkapkan, program ini untuk mengedukasi mahasiswa dan menjadikan pemuda berjiwa pemimpin. Sedangkan Alvian Ramadhan dari program studi Sastra Inggris mengakui kegiatan ini mengajarkan tentang kedisiplinan dan kepatuhan yang kuat.
Hal senada dikemukakan Veronica Safitri dari Program Studi Ilmu Komunikasi, yang mengatakan, kegiatan ini sangat bermanfaat untuk pembentukan sikap kedisiplinan, cinta tanah air, dan berkarakter kepemimpinan bagi mahasiswa. Rekannya, Jihan Nur Zahra juga dari Program Studi Ilmu Komunikasi, mengaku, awalnya takut mengikuti program ini.
“Awalnya saya mikir bakalan dididik seram. Namun saat mengiktui acara selama tiga hari, kesan seram berubah menjadi menyenangkan. Menambah kekompakan dengan sesama teman satu perguruan tinggi.”