Ahad 29 Nov 2020 17:38 WIB

Kurikulum Harus Fokus Capaian Pembelajaran dan Berkualitas

Capaian pembelajaran adalah keseluruhan proses pengalaman dalam belajar.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Gita Amanda
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Nizam, mengatakan prinsip yang paling penting dalam pengembangan kurikulum yaitu learning outcomes atau capaian pembelajaran dan berkualitas global.
Foto: Dok UBSI
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Nizam, mengatakan prinsip yang paling penting dalam pengembangan kurikulum yaitu learning outcomes atau capaian pembelajaran dan berkualitas global.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Nizam, mengatakan prinsip yang paling penting dalam pengembangan kurikulum yaitu learning outcomes atau capaian pembelajaran dan berkualitas global. Capaian pembelajaran, kata Nizam adalah keseluruhan proses pengalaman dalam belajar.  

"Keseluruhan, jatuh bangunnya mahasiswa yang pada akhirnya akan menghasilkan lulusan-lulusan yang mempunyai kompetensi yang sesuai dengan kesarjanaannya," kata Nizam, dalam keterangannya, Ahad (29/11).

Selain itu, kesiapan dalam berkompetisi dalam tingkat global harus didukung penuh. Contoh kecil yang bisa diimplementasikan seperti bekerja sama dengan mitra global, dan kelas yang ada didorong untuk bisa lebih kolaboratif serta partisipatif.

"Dalam menerapkan kebijakan Kampus Merdeka, strategi pembelajaran saat ini lebih bersifat e-learning dan ketika mahasiswa memiliki eksplorasi potensi terhadap bangsanya maka banyak serapan-serapan ide dan referensi yang bisa mereka kembangkan untuk bisa memahami permasalah-permasalahan bangsa," kata Nizam.

Lebih lanjut, ia menjelaskan di era transformasi digital yang penuh dengan tantangan dan peluang ini dibutuhkan kreativitas untuk bisa mengubah tantangan tersebut menjadi peluang. Setiap revolusi industri sedikit banyak mempengaruhi lapangan kerja. Lapangan kerja yang ada seketika dapat hilang di era revolusi industri 4.0.

Saat ini pekerjaan bersifat dinamis, sehingga menuntut perubahan pola pembelajaran yang dilaksanakan di setiap perguruan tinggi agar tetap bisa menghasilkan lulusan yang kreatif dan peka terhadap peluang yang ada.

"Di saat yang sama, perkembangan mesin yang diciptakan manusia bisa menjadi pesaing, sehingga jika tak kreatif dan kompeten, manusia dapat kehilangan pekerjaan. Dulu pekerjaan yang banyak dilakukan manusia adalah berpikir, saat ini mesin juga berpikir," kata dia lagi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement