REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Data dari Counterpoint Research menunjukkan telah terjadi perubahan dalam industri smartphone. Selama kuartal ketiga tahun ini, yang mencakup Juli hingga September, MediaTek mengambil alih Qualcomm untuk menjadi penyedia chipset teratas untuk industri smartphone.
Pangsa pasarnya sebesar 31 persen. Counterpoint mengatakan MediaTek sukses dengan penjualan ponsel yang kuat dalam kisaran harga 100 dolar AS sampai 250 dolar AS di tengah pertumbuhan yang kuat di dua pasar ponsel pintar teratas di dunia, yakni China dan India. Sebagai negara berkembang, konsumen India lebih memilih jenama-jenama yang mengguanakan chip MediaTek dibandingkan Snapdragon yang lebih mahal buatan Qualcomm.
Dilansir dari Phone Arena, Senin (28/12), selama periode waktu yang sama, pangsa pasar Qualcomm untuk handset turun dari 31 persen menjadi 29 persen saat ini. Apple berada di urutan ketiga karena chip A-series-nya, yang dibuat khusus untuk ponsel dan tabletnya, menguasai 12 persen pasar.
Direktur Riset Counterpoint Dale Gai menunjukkan bahwa penguatan pangsa pasar MediaTek yang kuat pada Q3 2020 terjadi karena tiga alasan. Pertama, kinerja yang kuat di segmen harga smartphone kelas menengah (100 dolar AS-250 dolar AS). Selain itu, berkembangnya pasar di negara-negara berkembang seperti Amerika Latin dan MEA (Timur Tengah dan Asia). AS melarang Huawei dan akhirnya menang di OEM terkemuka seperti Samsung, Xiaomi dan Honor.
Pangsa chipset MediaTek di Xiaomi telah meningkat lebih dari tiga kali lipat sejak periode yang sama tahun lalu. MediaTek juga mampu memanfaatkan celah yang diciptakan karena larangan AS terhadap Huawei.
Chip MediaTek yang terjangkau yang dibuat oleh TSMC menjadi pilihan pertama bagi banyak OEM untuk dengan cepat mengisi celah yang ditinggalkan oleh ketidakhadiran Huawei. Huawei juga sebelumnya telah membeli sejumlah besar chipset sebelum larangan tersebut.
“Di sisi lain, Qualcomm juga membukukan keuntungan saham yang kuat (dari tahun lalu) di segmen kelas atas pada Q3 2020, sekali lagi berkat masalah pasokan HiSilicon. Namun, Qualcomm menghadapi persaingan dari MediaTek di pertengahan segmen akhir. Kami yakin keduanya akan terus bersaing secara intensif melalui penetapan harga yang agresif dan mengarusutamakan produk SoC 5G hingga 2021,” ujar Gai.
Analis Riset Counterpoint Ankit Malhotra menambahkan, Qualcomm dan MediaTek telah merombak portofolio mereka. Fokus konsumen telah memainkan peran kunci di sini.
“Tahun lalu, MediaTek meluncurkan seri G berbasis gim baru, sementara chipset Dimensity telah membantu menghadirkan 5G ke kategori terjangkau. Perangkat 5G termurah di dunia, realme V3, ditenagai oleh MediaTek,” kata Malhotra.
“Fokus langsung dari vendor chipset adalah menghadirkan 5G ke massa, yang kemudian akan membuka potensi kasus penggunaan konsumen 5G, seperti cloud gaming, yang pada gilirannya akan menyebabkan permintaan yang lebih tinggi untuk GPU dengan clock lebih tinggi dan prosesor yang lebih bertenaga. Qualcomm dan MediaTek akan terus bersaing untuk posisi teratas,” ujarnya lagi.