Kamis 21 Jan 2021 15:18 WIB

Studi: Tes Antibodi 5 Hari Bisa Gantikan 2 Pekan Isolasi

Mereka yang ada kontak dengan orang positif Covid-19 bisa hindari 2 pekan isolasi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
 Pejalan kaki yang mengenakan masker berjalan di Oxford, Inggris. Di Inggris, selama ini mereka yang punya kontak erat dengan orang positif Covid-19 harus isolasi mandiri selama hampir dua pekan.
Foto:

"Meningkatnya ketersediaan pengujian, terutama pengujian lateral flow dengan cepat membuka kemungkinan periode karantina yang lebih pendek,” kata salah satu peneliti, Billy Quilty, seperti dikutip dari The Sun pada Kamis (21/1).

Para ahli meyakini bahwa pengurangan periode isolasi akan membuat lebih banyak orang yang patuh pada aturan. Hanya saja, tentu ada konsekuensi biaya dari tes selama lima hari tersebut.

"Tes harian selama setidaknya lima hari memungkinkan persyaratan karantina dihapus seutuhnya. Strategi ini memungkinkan pekerja penting untuk terus bekerja jika hasilnya negatif," kata Quilty.

Sementara itu, menurut laporan Reuters, peneliti dari Oxford University menyebut, rapid lateral flow tests kemungkinan akan mampu mengidentifikasi mayoritas kasus Covid-19 dengan viral load yang lebih tinggi di tengah kekhawatiran akan sensitivitas pengujian. Pemerintah Inggris tengah mempertimbangkan adanya tes masif untuk melonggarkan lockdown yang tengah diberlakukan.

Tes antibodi tersebut memang lebih rendah sensitivitasnya dibandingkan tes PCR sebagi standar emas pengujian. Akan tetapi, hasilnya bisa diketahui dalam 30 menit.

Tes antibodi andal pada orang dengan viral load yang tinggi, yakni orang yang memiliki virus dalam jumlah banyak di hidung dan tenggorokannya. Merujuk pada data lebih dari 250 ribu orang yang telah berpartisipasi dalam skema pelacakan dan pengujian, peneliti menemukan bahwa semakin tinggi viral load, orang akan semakin infeksius.

Dengan menerapkan perkiraan sensitivitas dari empat macam alat tes antibodi, peneliti menemukan pengujian akan mampu menjaring antara 83,7 persen hingga 90,5 persen kasus menjadi dalang penyebaran di masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement