Senin 01 Feb 2021 14:20 WIB

Wismoyo: Militer Tulen Tapi Humanis

Suatu hari, Wismoyo Arismunandar mengundang wartawan yang mengkritiknya pedas.

Red: Elba Damhuri
Jenderal Feisal Tanjung (kiri) dan Jenderal Wismoyo Arismunandar hadir di Upacara serah terima jabatan (sertijab) Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Pangab) dari Try Sutrisno kepada Edi Sudrajad di Mabes Tentara Nasional Indonesia Cilangkap Jakarta Timur (20/2/1993).Bakhtiar Phada/Republika
Foto:

Saya juga pernah menemani beliau rapat Direksi dan Komisaris XL di Kuala Lumpur. Saat pulang, di bandara KLIA beliau bilang ke saya agar beli oleh oleh untuk isteri saya. Karena tahu isteri saya suka dengan tas Harrods dari Inggris, saya ambil satu yang menurut saya cukup mahal. Sambil tertawa beliau berkata: “Kamu ini kok beliin isteri tas plastik sih. Kalau untuk pacar pasti yang lebih bagus. Ayo saya aja yang pilihin”. Pendek cerita Wismoyo membelikan tas bermerek yang memang bagus dan lebih mahal dari tas berbahan plastik buatan Harrods.

Dalam satu kesempatan beliau sangat tersinggung atas tulisan wartawan dari salah satu media cetak ternama di Indonesia menyangkut keuangan KONI dan pembinaan atlet. Dia langsung mengajak saya dan beberapa pengurus lainnya berbuka puasa dengan pemimpin redaksi media tersebut. Beliau secara terbuka memaparkan bagaimana keuangan KONI Pusat dan proses penggalangan yang dilakukannya.  Dia juga terbuka mengungkapkan ketidaksukaan dengan tulisan tersebut. 

Tapi yang paling menarik adalah saat acara perayaan ulang tahun Wismoyo yang dihadiri wartawan dan pengurus KONI. Tiba tiba beliau memanggil wartawan yang mengkritik kebijakan Wismoyo. Seluruh peserta yang hadir terdiam dan agak cemas. Ternyata Wismoyo memberikan kejutan berupa hadiah jam tangan sebagai lambang persahabatan sambil memegang kepala si wartawan. Seluruh hadirin lega dan bertepuk tangan menyambut inisiatif beliau.  

Seusai kerusuhan Mei 1998, saya sempat bertanya apakah Pak Wismoyo tidak tertarik untuk terjun ke politik? Menurut dia, politik tidak cocok dengan karakter dia yang telah dibangun dari disiplin militer. Di politik, siapapun bisa meakukan kritik dan mengolok olokkan pemimpinnya.  Wismoyo sedih melihat keributan yang sering mewarnai dunia politik Indonesia. “Kesetiaan saya tegak lurus ke pemimpin nasional, siapapun dia”, ujar Wismoyo.

Menurut artikel di Forbes “Human Leadership: What it looks like, and why we need it in the 21st century” pada intinya menyatakan bahwa Kepemimpinan Humanis sangat dibutuhkan agar pemimpin mampu menjadi sumver inspirasi bagi organisasi dan masyarakat luas. Beberapa ketrampilan yang harus dimiliki antara lain Self Love, Self Leadership, dan Self Learning.

Self Love menyangkut pada adanya rasa saling menghargai dan cinta yang berkelanjutan antara pemimpin dan bawahannya. Self Leadership adalah di mana pemimpin memahami perlunya seorang pemimpin membangun hubungan yg transformatif  dengan bawahan. Self Learning adalah upaya pemimpin untuk terus memberikan nilai tambah bagi bawahan. Pemimpin adalah agen perubahan yang paling utama dari organisasi. 

Ketiga ketrampilan kepemimpinan humanis tersebut jelas dimiliki seorang  Wismoyo Arismunandar. Almarhum selain mampu menjadi motivator, inspirator, juga transformasikan semangat para atlet dan rekan kerjanya. Bahkan menjelang akhir kepemimpinannya di KONI Pusat Wismoyo menandatangani kerjasama dengan Neloe, tentang dukungan dana selama 5 tahun ke depan. Agar kepengurusan selanjutnya lebih mudah dalam mengelola organisasi olahraga KONI Pusat.

Dunia olahraga Indonesia sangat kehilangan pemimpin humanis, berwawasan jauh ke depan. 

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِلٰى ثَمُوْدَ اَخَاهُمْ صٰلِحًاۘ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْۗ هٰذِهٖ نَاقَةُ اللّٰهِ لَكُمْ اٰيَةً فَذَرُوْهَا تَأْكُلْ فِيْٓ اَرْضِ اللّٰهِ وَلَا تَمَسُّوْهَا بِسُوْۤءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ
Dan kepada kaum Samud (Kami utus) saudara mereka Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Ini (seekor) unta betina dari Allah sebagai tanda untukmu. Biarkanlah ia makan di bumi Allah, janganlah disakiti, nanti akibatnya kamu akan mendapatkan siksaan yang pedih.”

(QS. Al-A'raf ayat 73)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement