REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim meluncurkan program sekolah penggerak. Ini merupakan katalis untuk mewujudkan visi pendidikan Indonesia.
“Sekolah penggerak adalah katalis untuk mewujudkan visi pendidikan Indonesia yang terdiri dari dua hal yakni sekolah yang berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik dengan mewujudkan profil pelajar Pancasila dan diawali dengan SDM yang unggul terutama kepala sekolah dan guru,” ujar Nadiem dalam peluncuran sekolah penggerak secara daring yang dipantau di Jakarta, Senin (1/2).
Gambaran akhir sekolah penggerak secara umum, lanjut Nadiem yakni hasil belajar di atas level yang diharapkan, lingkungan belajar yang aman, nyaman, inklusif, dan menyenangkan, pembelajaran berpusat pada murid, dan refleksi diri dan pengimbasan yaitu perencanaan program dan anggaran berbasis refleksi diri, refleksi guru dan perbaikan pembelajaran terjadi, dan sekolah melakukan pengimbasan.
Program sekolah penggerak merupakan penyempurnaan program transformasi sekolah sebelumnya. “Program ini merupakan program kolaborasi antara Kemendikbud dengan Pemda yang mana komitmen Pemda menjadi kunci utama,” tambah Nadiem.
Intervensi dilakukan secara holistik mulai dari SDM sekolah, pembelajaran, perencanaan, digitalisasi, dan pendampingan Pemda. Sekolah Penggerak memiliki ruang lingkup yang mencakup seluruh kondisi sekolah, tidak hanya sekolah unggulan saja tapi juga sekolah swasta dan negeri.
Pendampingan dilakukan selama tiga tahun ajaran dan sekolah melanjutkan upaya transformasi secara mandiri. “Program dilakukan terintegrasi dengan ekosistem hingga seluruh sekolah di Indonesia menjadi sekolah penggerak,” kata dia lagi.
Dalam waktu tiga tahun, sekolah penggerak akan mengakselerasi sekolah negeri atau swasta di seluruh tahap untuk bergerak satu atau dua tahap lebih maju.
Tingkatan tertinggi adalah tahap empat yang mana sekolah menjadi sekolah yang aman, nyaman, inklusif dan menyenangkan, berpusat pada murid, perencanaan program dan anggaran berbasis refleksi diri, refleksi guru dan perbalikan pembelajaran terjadi, dan guru dan kepala sekolah melakukan pengimbasan.
Dalam kesempatan itu, Nadiem mengatakan bahwa sekolah Penggerak bukanlah sekolah unggulan, tidak mengubah input, mengubah proses, dan meningkatkan kapasitas SDM. Program sekolah penggerak terdiri dari lima intervensi yakni penguatan SDM sekolah, pembelajaran dengan paradigma baru, perencanaan berbasis data, digitalisasi sekolah, dan pendampingan konsultatif dan asimetris.