Senin 15 Feb 2021 13:20 WIB

Antiinfeksi Berbahan Spons dan Minyak Atsiri Dikembangkan

Spons tidak dapat melepaskan diri sepenuhnya dari mikroorganisme di sekitarnya.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Kampus UGM Yogyakarta.
Foto: Wahyu Suryana.
Kampus UGM Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Penyakit infeksi menjadi perhatian dunia dengan merebaknya virus corona. Terjadinya infeksi, muncul atau tidaknya gejala dan juga tingkat keparahan, menjadi hasil dari interaksi antara mikroorganisme dengan sistem kekebalan tubuh seseorang.

Untuk mengatasi infeksi, bisa dengan modulasi interaksi sosial mikroorganisme. Biofilm menjadi salah satu produk sosial mikroorganisme, yang terbentuk oleh komunitas mikroorganisme yang menempel suatu permukaan dalam lingkungan berair.

Penelitian Guru Besar Biologi Farmasi UGM, Prof Triana Hertiani menemukan, kekayaan alam sumber daya laut Indonesia bisa jadi sumber pengambilan senyawa antibiofilm. Namun, bahan baku sedikit karena belum banyak kekayaan laut untuk sumber bahan baku obat.

Penelitiannya ke spons Angelas nakamurai di perairan Bali menunjukkan ada berbagai senyawa berkhasiat sebagai antibakteri, antibiofilm, antifouling maupun sitotoksis. Spons tidak dapat melepaskan diri sepenuhnya dari mikroorganisme di sekitarnya.

"Namun, yang dapat dilakukan dengan melakukan mekanisme kontrol sebagai keharusan untuk kelangsungan hidup," kata Triana, di Balai Senat UGM.

Selain pengembangan senyawa obat dari laut, Triana mengembangkan antibiofilm dari seleksi tanaman obat. Ia berpendapat, tanaman asli dari Indonesia lainnya yang potensial dikembangkan sebagai antibiofilm merupakan kulit batang mayosi.

Selain itu, minyak atsiri terbukti efektif sebagai antibiofilm. Sebab, dari sifat fisisnya minyak atsiri merupakan metabolit tanaman yang bersifat nonpolar dan mudah menguap, dan minyak atsiri dapat diperoleh misal dari kulit kayu manis dan mayosi.

"Adapun dari bunga seperti mawar, melati, kenanga dan kuncup bunga cengkeh serta dari daun seperti kayu putih," ujarnya.

Di habitatnya, minyak atsiri dapat dihasilkan tumbuhan terus-menerus atau sebagai respons terhadap fitopatogen. Saat ini, beberapa senyawa kimia tumbuhan potensial sebagai antibiofilm telah dimanfaatkan dalam berbagai produk kesehatan oral.

Menurut Triana, penelitian senyawa antiinfeksi yang dapat memodulasi interaksi mikroorganisme dalam bentuk biofilm perlu diuji ke kultur polimikroba. Intervensi komunitas sosial mikroorganisme berbahan alam turut memberi harapan masa depan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement