REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada masa kehamilan, perempuan dua kali lebih rentan terkena depresi dibandingkan dengan laki-laki. Begitu pun pasca melahirkan para ibu memiliki risiko yang sama.
Depresi pasca melahirkan biasanya terjadi beberapa hari setelah melahirkan. Jangka waktunya berbeda-beda setiap orangnya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan depresi yakni biologis, psikologis dan sosial.
Spesialis kedokteran jiwa, dr. Daniella Satyasari, Sp.KJ dari Klinik Health360 Indonesia mengatakan biologis adalah faktor hormonal yang menjadi penyebab depresi. Selama masa kehamilan dan melahirkan hormin pada tubuh wanita naik dan turun yang menyebabkan perubahan perilaku.
"Ada juga masalah ketidakseimbangan zat kimia seperti dopamin, serotonin, NE, GABA, Glutamat. Kalau psikologis itu berhubungan dengan pola asuh, kepribadian, kemampuan adaptasi dan stressor tertentu," kata dr. Daniella dalam bincang-bincang virtual, Selasa (9/3).
Faktor sosial dipengaruhi oleh dukungan pasangan, keluarga, tingkat pendidikan, pekerjaan dan budaya. Daniella mengatakan kurangnnya dukungan pasangan merupakan salah satu penyebab dari depresi yang dialami oleh seorang ibu pasca melahirkan. Ini bisa diperparah jika suami tidak ambil bagian dalam mengurus anak.
Daniella menyebutkan beberapa gejala dari depresi pasca melahirkan seperti menangis terus-menerus, marah yang tak kunjung selesai, gelisah berlebihan, kelelahan, perubahan suasana hati yang ekstrim, kesulitan tidur dan hilang nafsu makan."Mulai menjauhi orang-orang sekitar, merasa jauh dari anak, ketakutan berlebihan, ada pikiran untuk bunuh diri, pesimis, ragu sama diri sendiri untuk mengurus anak," ujar Daniella.