REPUBLIKA.CO.ID, KOPENHAGEN -- Infeksi COVID-19 umumnya melindungi kebanyakan orang dari infeksi ulang selama lebih dari enam bulan. Namun, mereka yang berusia di atas 65 tahun lebih mungkin untuk terinfeksi lagi.
Dalam studi skala besar pertama di dunia tentang infeksi ulang COVID-19, para peneliti dari Denmark, Swedia dan Inggris menemukan bahwa perlindungan yang diberikan oleh infeksi SARS-CoV2 sebelumnya turun dari 80 persen untuk mereka yang berusia di bawah 65 tahun menjadi 47 persen pada mereka yang berusia di atas 65 tahun.
"Studi kami mengkonfirmasi apa yang tampaknya disarankan oleh sejumlah orang lain bahwa infeksi ulang dengan COVID-19 jarang terjadi pada orang yang lebih muda dan sehat, tetapi orang tua berisiko lebih besar untuk tertular lagi," kata Steen Ethelberg, rekan penulis studi dan peneliti senior di epidemiologi infeksi zoonosis di Statens Serum Institut di Denmark, dilansir di Health Policy Watch, Jumat (19/3).
Studi tersebut menggunakan data tes PCR nasional dari tahun 2020 di Denmark untuk membandingkan tingkat infeksi antara individu yang dites positif dan negatif selama gelombang pertama dan kedua pandemi.
Antara Februari dan Desember, kapasitas pengujian Denmark meningkat pesat dan berhasil menguji sekitar 10 persen populasi setiap minggu pada akhir tahun 2020. Studi observasi tingkat populasi dilakukan di Denmark karena investasi negara tersebut dalam pengujian intensitas tinggi dan strategi gratis biaya tes.
Sekitar empat juta orang menjalani tes PCR pada tahun 2020. Selama gelombang pertama, dari Maret hingga Mei, dari 533.381 orang yang dites, 2,11 persen dinyatakan positif.
Di antara orang-orang yang positif PCR dari gelombang pertama, 0,65 persen dinyatakan positif lagi selama gelombang kedua, dari September hingga Desember, dibandingkan dengan 3,27 persen dari mereka yang dites negatif selama gelombang pertama.
Ada 5,35 tes positif per 100.000 orang di antara mereka yang sebelumnya dites positif, dibandingkan dengan 27,06 tes positif per 100.000 orang di antara mereka yang dites negatif.
Kira-kira 0,88 persen dari mereka yang berusia di atas 65 tahun yang dites positif selama gelombang pertama terinfeksi lagi pada gelombang kedua. Di antara mereka dalam kelompok usia ini yang dites negatif, 2 persen dinyatakan positif selama gelombang kedua.
Para peneliti memperkirakan bahwa perlindungan terhadap infeksi SARS-CoV2 berulang adalah 80,5 persen. Namun, perlindungan di antara mereka yang berusia 65 tahun ke atas berkurang menjadi 47,1 persen.
Peningkatan kemungkinan tes positif lagi di antara orang yang lebih tua dapat disebabkan oleh perubahan terkait usia dalam sistem kekebalan. Hal ini yang mempengaruhi koordinasi tanggapan kekebalan dan sistem kekebalan adaptif, kata para peneliti.
Hal ini membuat orang yang berusia di atas 65 tahun lebih rentan terhadap penyakit menular yang baru muncul.
Temuan ini dapat menginformasikan keputusan tentang kelompok mana yang harus divaksinasi dan penerapan langkah-langkah kesehatan masyarakat, termasuk jarak fisik dan pemakaian masker.
Namun, temuan ini mungkin terbatas. Jumlah lansia yang terinfeksi yang termasuk dalam penelitian itu kecil. Selain itu, para peneliti hanya memeriksa hasil tes diagnostik, jadi ada kemungkinan mereka yang terinfeksi kembali tidak menunjukkan gejala atau memiliki gejala ringan dan tidak dites.