Selasa 27 Apr 2021 10:48 WIB

Begini Cara Internet Kumpulkan Data Aktivitas Pengguna

Layanan internet memang gratis namun pengguna membayarnya dengan data pribadi.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/Setyanavidita Livikacansera/ Red: Dwi Murdaningsih
Orang tua disarankan melindungi identitas digital anak-anak di internet (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Orang tua disarankan melindungi identitas digital anak-anak di internet (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di internet, data pribadi yang diberikan pengguna secara gratis diubah menjadi komoditas yang berharga. Berbagai informasi yang kita serahkan pada layanan over the top (OTT), seperti Google dan Facebook, dapat mengungkap sisi-sisi manusia yang paling dalam.

Semua informasi berharga ini, didapat dari riwayat lokasi, daftar belanjaan, tontonan, teman terdekat, hingga kondisi pengobatan. Kini data telah menjadi kekuatan perusahaan yang paling menguntungkan saat ini.

Baca Juga

Sayangnya, konsumen hanya tahu sedikit tentang seberapa banyak informasi yang telah dikumpulkan tentang aktivitas mereka sehari-hari. Padahal, setiap hari, ada ratusan perusahaan yang mungkin tanpa sepengetahuan kita, mengumpul kan data dari jejak digital kita. Informasi tersebut, kemudian dapat mengalir ke peneliti akademis, peretas, penegak hukum, atau bahkan negara asing.

Tak ketinggalan pula, ada pula perusahaan digital marketing yang ingin menjual sesuatu kepada kita. Dilansir Wired, Senin (19/4), informasi pribadi saat ini dikumpulkan terutama melalui layar.

Tepatnya, saat orang menjelajahi duina maya meng gunakan komputer dan ponsel cerdas. Layanan yang diberikan Instagram, Gmail dan Google Maps, memang tidak memerlukan biaya, namun kita membayar dengan data pribadi kita, yang kemudian dimanfaatkan para OTT untuk menargetkan iklan.

Bagaimana Jejak Digital Dikumpulkan?

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengumpulkan data dari aktivitas digital para pengguna internet. Beberapa di antaranya:

1. Traditional Cookie

Facebook, Google, dan perusahaan lain menggunakan pelacak lintas situs yang sangat populer, yang biasa disebut cookie, untuk mengikuti pengguna dari satu laman ke laman lainnya. Mereka bekerja dengan menyimpan sepotong kode ke dalam peramban, yang kemudian tanpa disadari dibawa oleh pengguna saat mereka menjelajahi situs.

2. Super Cookie

Supercharged Cookie adalah pelacak aktivitas digital yang bisa sulit atau bahkan tidak mungkin dihapus dari peramban kita. Selain itu, Super Cookie juga tidak memiliki opsi out put kepada pengguna internet dan memunculkan kembali berbagai informasi yang telah pengguna hapus.

Pelacakan menggunakan Super Cookie paling terkenal digunakan oleh Verizon yang harus membayar denda 1,35 juta dolar Amerika Serikat (AS) ke Federal Communication Commision (FCC) sebagai akibat dari penggunaan pelacakan ini. Denda ini dikenakan kepada Verizon karena dianggap telah melanggar privasi para pengguna internet.

3. Fingerprinters

Pelacak lintas situs ini mengikuti pengguna dengan membuat profil unik perangkat mereka. Mereka mengumpulkan hal-hal seperti alamat IP para pengguna, resolusi layarnya dan jenis komputer yang mereka miliki.

4. Pelacak identitas

Alih-alih menggunakan cookie, pelacak langka ini mengikuti orang-orang menggunakan informasi pengenal pribadi, seperti alamat surel mereka. Mereka mengumpulkan data ini dengan bersembunyi di halaman login, tempat orang biasa memasukkan kredensial mereka.

5. Session cookies

Pelacak jenis ini membuat kita tetap masuk ke sebuah laman, dan mengingat apa yang ada di keranjang belanja kita. Meski, kita telah menutup jendela peramban.

6. Session replay scripts

Pelacak data jenis ini biasa mencatat semua yang kita lakukan di sebuah laman. Termasuk juga, mendata seperti produk yang kita minat, dan terkadang bahkan kata sandi yang kita masukkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement