REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Swedia seringkali menjadi fokus dalam studi terkait produk olahan susu karena konsumsi susu di negara tersebut tinggi. Beragam studi di Swedia mengungkapkan bahwa konsumsi susu berkaitan dengan potensi dampak negatif bagi kesehatan, khususnya penuaan.
Uniknya, produk olahan susu fermentasi justru kerap disoroti dalam beragam studi karena dampaknya yang positif terhadap kesehatan. Padahal, produk olahan susu fermentasi seperti yogurt atau kefir terbuat dari susu yang memiliki reputasi kurang baik.
Berdasarkan hal ini, peneliti Jerman melakukan sebuah studi terbaru untuk mengeksplorasi dampak dari susu pasteurisasi non fermentasi terhadap kesehatan. Selain itu, studi ini juga berupaya mengungkapkan alasan mengapa produk olahan susu fermentasi tidak memiliki dampak negatif yang sama seperti susu pasteurisasi non fermentasi.
Studi terbaru ini telah dimuat dalam jurnal Ageing Research Reviews. Melalui studi ini, tim peneliti berupaya untuk mengetahui mekanisme di balik dampak susu pasteurisasi dan susu fermentasi terhadap kesehatan, khususnya proses penuaan.
Studi menemukan bahwa susu pasteurisasi non fermentasi berperan dalam meningkatkan pensinyalan mTORC1. Situasi ini bisa berdampak pada memendeknya harapan hidup.
Akan tetapi, studi menemukan bahwa produk olahan susu fermentasi seperti yogurt memiliki bakteri asam laktat. Bakteri ini dapat menurunkan eksosom dan galaktosa yang terdapat pada susu ketika memetabolisme asam amino rantai cabang pada susu.
Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang berdampak pada microRNA yang berperan dalam meningkatkan pensinyalan mTORC1. Alhasil, dampak produk susu terhadap penuaan dan risiko kematian dapat menurun.
Seperti dilansir SlashGear, Kamis (29/4), temuan ini mengindikasikan bahwa perubahan sosietal yang mengarah pada pasteurisasi dan pendinginan susu turut berdampak pada proses penuaan dan tingkat kematian manusia. Terlebih, perubahan tersebut juga dinilai berdampak pada penurunan konsumsi produk olahan susu fermentasi.
Studi ini juga semakin memperkuat bukti bahwa konsumsi susu non fermentasi terlalu banyak memiliki potensi konsekuensi yang kurang baik. Salah satunya adalah peningkatan risiko kanker payudara.