Selasa 18 May 2021 00:34 WIB

Studi: 'Energy Drink' Bebas Gula Bahaya Bagi Otak

Minuman berenergi menyebabkan sindrom metabolic.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Dwi Murdaningsih
Larangan minum minuman berenergi. ilustrasi
Foto: whrefresh.com
Larangan minum minuman berenergi. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA – Telah banyak studi yang mengungkap bahaya dari konsumsi minuman berenergi kaya gula. Namun kali ini, studi terbaru yang dilakukan pada tikus menemukan bahwa konsumsi minuman berenergi yang berlebihan, bahkan varietas bebas gula, dapat menyebabkan kerusakan signifikan pada sel-sel otak. Selain itu, konsumsi minuman bernergi bebas gula juga meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2.

Peneliti utama untuk proyek penelitian ini adalah Associate Professor Ryusuke Takechi dari Curtin Health Innovation Research Institute. Takechi melakukan dua studi yang diterbitkan di Frontiers in Nutrition dan Nutrients. Penelitian tersebut menyelidiki hubungan antara konsumsi kronis minuman energi dan berbagai hasil kesehatan yang merugikan dengan model tikus.

Baca Juga

Studi pertama, yang diterbitkan di Frontiers in Nutrition, menemukan penggunaan berlebihan menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak. Ini jelas mengkhawatirkan, karena kerusakan pada pembuluh darah otak dan peradangan yang meningkat adalah karakteristik awal dari banyak gangguan neurodegeneratif seperti penyakit Alzheimer dan multiple sclerosis.

Studi lain yang diterbitkan di Nutrients, menemukan bahwa minuman berenergi menyebabkan sindrom metabolic. Yang sangat menarik, minuman energi bebas gula juga mendorong sindrom metabolic, peningkatan glukosa darah dan kolesterol pada model tikus dalam tingkat yang sama dengan minuman energi standar.

“Banyak yang mungkin percaya bahwa minuman berenergi varietas bebas gula lebih sehat dikonsumsi. Tetapi sayangnya, penelitian kami menemukan sebaliknya,” kata Associate Professor Takechi seperti dilansir dari laman Hippocratic Post, Senin (17/5).

Takechi mengatakan bahwa asupan minuman energi bebas gula atau tidak, dalam jangka panjang, akan mendorong peningkatan glukosa darah dan lemak jahat (trigliserida) yang merupakan ciri umum diabetes. Itu juga meningkatkan lemak tubuh tanpa ada perubahan berat badan.

"Kedua studi tersebut harus membunyikan lonceng peringatan bagi konsumen, namun studi lebih lanjut yang melampaui model tikus diperlukan untuk menyelidiki efek komponen individu tertentu dari minuman energi, termasuk pemanis buatan,” tegas Takechi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement