Namun demikian, peneliti menemukan fakta bahwa pasien yang terinfeksi varian ini cenderung tidak menunjukkan gejala dibandingkan dengan kelompok kontrol. Mereka yang terinfeksi varian tersebut juga tidak berisiko lebih tinggi untuk kematian atau perawatan intensif, melainkan hanya kemungkinan untuk dirawat di rumah sakit.
Peneliti sampai pada kesimpulan tersebut setelah menggunakan kelompok besar sampel untuk menunjukkan bahwa varian Inggris merupakan 75 persen dari virus yang beredar pada April 2021. Lebih lanjut, para peneliti membandingkan 134 sampel varian dengan 126 sampel kontrol dan akses ke informasi klinis pasien sehingga dapat mengorelasikan data genomik dengan penyakit klinis dan hasil.
Semua sampel kemudian menjalani tes tambahan untuk menentukan viral load mereka. Informasi tersebut dikaitkan dengan stadium penyakit dengan melihat hari-hari setelah dimulainya gejala yang menambah kejelasan dalam membandingkan pelepasan virus antarkelompok.
Penelitian ini dilakukan di laboratorium penelitian Dr Heba Mostafa di Johns Hopkins School of Medicine, yang telah melakukan pengurutan genom lengkap SARS-CoV-2 skala besar untuk Negara Bagian Maryland dan menyumbangkan data ke angka pengawasan nasional yang bisa diakses masyarakat.