Jumat 16 Jul 2021 06:05 WIB

Riset: Kasus Covid-19 Parah Terjadi Usai Vaksinasi Pfizer

Peneliti temukan kesamaan kasus parah pengidap Covid-19 usai vaksinasi dengan Pfizer.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Peneliti temukan kesamaan kasus parah pengidap Covid-19 usai vaksinasi dengan Pfizer.
Foto: Piqsels
Peneliti temukan kesamaan kasus parah pengidap Covid-19 usai vaksinasi dengan Pfizer.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang mengidap Covid-19 dengan kasus yang cukup parah setelah mendapat dua dosis vaksin Pfizer. Sebuah penelitian baru yang terbit 6 Juli di jurnal Clinical Microbiology and Infection berusaha menemukan kesamaan di antara para pasien tersebut.

 

Baca Juga

Para periset Israel mengamati 152 pasien dari 17 rumah sakit berbeda yang telah dites positif Covid-19 dan dirawat di rumah sakit. Menurut studi, 40 persen pasien yang terinfeksi Covid-19 parah usai vaksin itu mengalami imunosupresi, termasuk yang menjalani pengobatan kortikosteroid, kemoterapi, anti-CD20, dan penerima transplantasi organ.  

Seperti dikutip dari laman Best Life Online, Kamis (15/7), hanya 37 persen dari mereka yang imunosupresi dengan infeksi Covid-19 memiliki hasil yang baik, sementara 47 persen memiliki hasil yang buruk (ventilasi mekanis atau kematian). Komorbiditas lain juga umum terjadi pada infeksi usai vaksinasi.

Dari pasien yang mengidap Covid-19 setelah vaksinasi Pfizer, 71 persen menderita hipertensi, 48 persen menderita diabetes, 27 persen mengalami gagal jantung kongestif, 24 persen menderita penyakit ginjal dan paru-paru kronis, 19 persen menderita demensia, dan 24 persen menderita kanker. Hanya enam persen dari pasien infeksi baru tidak memiliki penyakit penyerta.

Studi menemukan bahwa infeksi Covid-19 parah dan risiko kematian tinggi dapat berkembang pada sebagian kecil individu yang divaksinasi lengkap dengan banyak penyakit penyerta. "Pasien kami memiliki tingkat komorbiditas dan imunosupresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit yang tidak divaksinasi yang dilaporkan sebelumnya," kata para peneliti.

Meski demikian, tingkat infeksi baru itu tergolong masih rendah. Pada akhir April, registrasi Kementerian Kesehatan Israel telah mencatat total 234 pasien yang divaksinasi lengkap dirawat di rumah sakit dengan kasus parah Covid-19 dan 90 kematian akibat infeksi baru. Sementara, ada lima juta warga Israel yang menjalani vaksinasi penuh.

Data di Amerika Serikat pun serupa. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), per 6 Juli 2021 terdapat 4.909 orang yang dirawat di rumah sakit dan 988 kematian akibat Covid-19 padahal sudah menjalani vaksinasi. Sebagai perbandingan, lebih dari 157 juta warga AS telah melakukan vaksinasi penuh.

Direktur CDC Rochelle Walensky mengingatkan, ancaman nyata mengincar orang yang belum divaksin. Dia melaporkan bahwa 99,5 persen kematian Covid-19 di AS dalam beberapa bulan terakhir adalah individu yang belum mendapat vaksinasi.

"Kenyataan menyedihkan terlepas dari kemajuan kami adalah masih banyak kematian karena virus ini, yang sangat tragis mengingat itu tidak perlu dan dapat dicegah. Hampir semua pasien rawat inap Covid-19 dan kematian di AS sekarang terjadi di antara individu yang tidak divaksinasi," ujarnya pada konferensi pers di Gedung Putih pekan lalu.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement