Rabu 04 Aug 2021 00:42 WIB

Kenali Ciri Depresi pada Anak di Tengah Pandemi

Pandemi mengakibatkan berbagai macam perubahan, tak terkecuali pada anak.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Anak depresi (ilustrasi)
Foto: Boldsky
Anak depresi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Situasi pandemi yang berlangsung hampir dua tahun ini menimbulkan banyak perubahan dalam kehidupan setiap anak yang tidak mudah untuk dilalui. Keadaan ini tak terkecuali bagi anak-anak.

Anak-anak mengalami berbagai adaptasi yang tidak mudah di tengah pandemi. Mereka harus menempuh pembelajaran jarak jauh, tidak bisa bermain dan berkumpul dengan teman dan keluarga. Mereka juga berada di rumah saja yang berisiko menimbulkan pemakaian gadget yang berlebihan.

Baca Juga

Psikiater RS. Jiwa dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor, dr. Lahargo  Kembaren, SpKJ mengatakan semua hal tersebut dapat memberikan stresor psikososial bagi anak yang dapat berujung pada munculnya depresi.

"Kesehatan jiwa pada anak sama penting dengan kesehatan fisiknya," ujar dia, kepada Republika.co.id, Selasa (3/8).

Menurut dr. Lahargo, depresi pada anak seringkali tersembunyi gejalanya. Dengan begitu  penting bagi orang tua untuk mencoba mengenalinya dan melakukan pencegahan serta penanganannya. 

Menurut DSM 5 (diagnostic statistical manual for mental disorder), depresi pada anak memiliki beberapa gejala-gejala. Pertama, suasana hati yang sedih atau mudah tersinggung.

Kedua, minat yang menurun, sulit menikmati keseharian. Ketiga, penurunan konsentrasi dan sulit membuat keputusan. Keempat, insomnia (sulit tidur) atau hypersomnia (terlalu banyak tidur).

Kelima, adanya perubahan nafsu makan atau perubahan berat badan. Keenam, mengalami kelelahan yang berlebihan, mudah capek, energi berkurang. Ketujuh, perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan.

Kedelapan, ada pikiran berulang tentang kematian atau keinginan bunuh diri. Kesembilan, ada agitasi psikomotor (gelisah) atau malas bergerak (mager).

Gejala ini berlangsung selama dua minggu berturut turut. Semua gejala-gejala tersebut  menyebabkan gangguan fungsi dalam kehidupan sehari hari di sekolah, lingkungan sosial, dan keluarga. 

"Ketika muncul gejala gejala depresi pada anak, segeralah berkonsultasi dengan profesional kesehatan jiwa seperti psikiater, perawat jiwa, psikolog, dokter umum terlatih untuk segera mendapatkan pertolongan," kata dr. Lahargo.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement