Selasa 17 Aug 2021 18:27 WIB

Ilmuwan Temukan Hal Mengejutkan Soal Inti Planet Saturnus

Ilmuwan menduga inti planet Saturnus bukanlah batu, bamun lumpur pekat.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Foto ultraviolet cincin yang mengelilingi Planet Saturnus yang diambul oleh wahana angkasa Cassini yang mengorbit di sekitar planet tersebut.
Foto: University of Colorado, LASP/NASA/REUTERS
Foto ultraviolet cincin yang mengelilingi Planet Saturnus yang diambul oleh wahana angkasa Cassini yang mengorbit di sekitar planet tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, FLORIDA -- Ilmuwan menemukan hal baru mengenai inti planet Saturnus. Inti  planet Saturnus mungkin bukanlah massa batuan padat yang pernah diyakini para ilmuwan. Namun, inti planet Saturnus mungkin berupa lumpur pekat. Temuan terbaru ini didapatkan dari analisis terbaru dari pesawat ruang angkasa Cassini.

Pesawat ruang angkasa Cassini milik Badan Antariksa Amerika (NASA) 'bunuh diri' jatuh ke dalam atmosfer raksasa gas Saturnus pada 2017 lalu. Namun, data dari Cassini masih bisa dipelajari sampai sekarang. Informasi tentang cara cincin Saturnus bergoyang telah membuka detail tak terduga tentang apa yang ada di dalam planet tersebut.

Baca Juga

Saturnus mungkin merupakan raksasa gas. Namun, besarnya kekuatan yang terlibat di dekat pusat planet telah menyebabkan teori bahwa inti planet berupa batu. Lagi pula, dengan tekanan gravitasi yang diterapkan pada material di sana, gaya penghancur diperkirakan telah mengeraskan inti. Namun data Cassini tidak serta merta mendukung anggapan tersebut.

Pesawat ruang angkasa Cassini hancur jauh sebelum mencapai inti Saturnus. Analisis pembacaan cincin khas planet memungkinkan para astronom di Caltech untuk menemukan teori lain. 

Dengan memeriksa goyangan cincin-cincin itu, mereka dapat memperkirakan apa yang mungkin terjadi di dalam Saturnus itu sendiri.

"Kami menggunakan cincin Saturnus seperti seismograf raksasa untuk mengukur osilasi di dalam planet ini," kata Jim Fuller, asisten profesor astrofisika teoretis di Caltech dan rekan penulis studi yang baru diterbitkan, dilansir di Slash Gear, Selasa (17/8). 

"Ini adalah pertama kalinya kami dapat menyelidiki struktur planet raksasa gas secara seismik, dan hasilnya cukup mengejutkan," tambahnya.

Jauh dari inti batu yang relatif kecil dan padat, jantung Saturnus terlihat jauh lebih besar dari yang diyakini sebelumnya. Faktanya, inti planet Saturnus bisa meluas hingga 60 persen dari diameter planet, dan tidak solid sama sekali. Sebaliknya, itu adalah 'sup es, batu, dan cairan logam yang menyebar' yang dikenal sebagai inti 'kabur'.

Lumpur itu, tidak mengherankan, tidak lebih ramah lingkungan daripada batu. Sekitar 17 massa Bumi dari inti adalah es dan batu, sedangkan 38 massa Bumi sisanya adalah hidrogen cair dan helium. 

Ini juga bukan campuran yang seragam. Para astronom menyarankan bahwa lapisan yang berbeda dan stabil telah terbentuk sesuai dengan beratnya masing-masing.

Temuan ini juga berpadu dengan pembacaan terbaru lainnya dari penelitian pesawat antariksa Juno yang mempelajari planet Jupiter. Misi Juno NASA memberikan indikasi bahwa inti Jupiter bisa menjadi variasi yang kabur juga. Jika itu berhasil, itu bisa menunjukkan bahwa raksasa gas tidak terbentuk dengan cara yang diterima secara umum.

"Saturnus selalu bergetar, tetapi tidak kentara," ujar Christopher Mankovich, penulis utama studi ini dan rekan peneliti pascadoktoral di Caltech. 

 

NASA belum mengumumkan misi penerus Cassini. Namun,  Teleskop Luar Angkasa James Webb mendatang akan mengamati planet dan bulan Saturnus yakni Titan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement