Senin 23 Aug 2021 18:10 WIB

Kaspersky Gagalkan 330 Ribu Malware Seluler di Asia Tenggara

Dua pertiga responden menggunakan perangkat pribadi untuk bekerja dari rumah.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Ani Nursalikah
Kaspersky Gagalkan 330 Ribu Malware Seluler di Asia Tenggara
Foto:

Indonesia mencatat jumlah tertinggi serangan ponsel yang digagalkan dari Januari 2020 hingga Juni 2021 diikuti oleh Malaysia dan Thailand. Indonesia juga menempati peringkat ketiga dalam hal mobile malware yang terdeteksi pada kuartal kedua tahun ini. Rusia dan Ukraina menempati posisi pertama dan kedua, sedangkan India dan Turki menempati posisi keempat dan kelima.

Dalam hal persentase pengguna yang diserang oleh mobile malware, 4,42 persen pengguna di Malaysia menjadi sasaran selama paruh pertama tahun ini, diikuti oleh Thailand (4,26 persen) dan Indonesia (2,95 persen). Singapura cukup dekat dengan 2,83 persen pengguna ponsel hampir terinfeksi oleh jenis ancaman ini. Filipina (2,27 persen) dan Vietnam (1,13 persen) mencatat persentase terendah selama periode ini.

Tiga ancaman seluler paling umum di Asia Tenggara meliputi Trojan -program berbahaya yang melakukan aktivitas yang tidak diizinkan oleh pengguna. Mereka menghapus, memblokir, mengubah atau menyalin data, hingga mengganggu kinerja komputer atau jaringan komputer.

Kemudian, Trojan-Downloader-mengunduh dan menginstal versi baru program berbahaya, termasuk Trojan dan Adware di komputer korban. Setelah diunduh dari internet, program diluncurkan atau dimasukkan ke dalam daftar program yang akan berjalan secara otomatis saat sistem operasi boot.

Terakhir, Trojan-Dropper-program yang dirancang untuk secara diam-diam menginstal program berbahaya yang dibangun ke dalam kode mereka menuju komputer korban. Jenis program berbahaya ini biasanya menyimpan berbagai file ke drive korban dan meluncurkannya tanpa pemberitahuan apa pun (atau dengan pemberitahuan palsu tentang kesalahan arsip versi sistem operasi yang kedaluwarsa).

Yeo menuturkan karyawan maupun CIO di kawasan Asia Tenggara cukup merangkul sistem pekerjaan jarak jauh saat ini dan lingkungan hibrid di masa depan. “Ini tentunya memiliki kelebihan tetapi berbagai potensi keamanan sibernya juga harus diperhatikan dengan sangat baik. BYOD akan tetap ada dan perusahaan harus mengambil langkah untuk memperkuat pertahanan mereka. Penting untuk melatih dan mengedukasi karyawan secara teratur, memberi mereka informasi tentang ancaman terbaru secara online dan memfasilitasi mereka dengan perangkat terenkripsi, perlindungan titik akhir hingga VPN. Yang terpenting juga adalah membangun budaya kepercayaan dan tanggung jawab bersama terhadap keamanan perusahaan,” tambah Yeo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement