Rabu 25 Aug 2021 07:20 WIB

Mengapa Pertanian Kurang Diminati Anak Muda?

Banyak orang menganggap petani sebagai pekerjaan yang kurang menguntungkan.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Gita Amanda
UMMTalks mengadakan diskusi daring dengan tema Petani Muda Jawab Tantangan Presiden.
Foto: dok. Humas UMM
UMMTalks mengadakan diskusi daring dengan tema Petani Muda Jawab Tantangan Presiden.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- UMMTalks mencoba mengangkat tema “Petani Muda Jawab Tantangan Presiden” dalam diskusinya. Program ini menghadirkan Dosen Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Wahono dan Pendiri Everfresh Indoagro, Dimas Agung Mahendra.

Mengawali program, Wahono menjelaskan, saat ini petani telah berusia sekitar 45 tahun ke atas. Selama 15 tahun ke depan, mereka akan mencapai usia 60 tahun. "Kebanyakan dari mereka juga tidak memiliki pengganti karena kurangnya minat anak muda," kata Wahono dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Selasa (24/8) lalu.

Baca Juga

Menurut Wahono, ada beberapa faktor yang menyebabkan pertanian kurang diminati anak muda. Salah satunya terkait munculnya persepsi bahwa petani itu pekerjaan tradisional. Dari segi ekonomi, banyak orang menganggap petani sebagai pekerjaan yang kurang menguntungkan.

Melihat situasi tersebut, Wahyono berpendapat, motivasi bisa menjadi langkah kecil untuk mengajak para pemuda tertarik pada pertanian. Mengenyam pendidikan di bidang pertanian dan menjadi petani dapat mengantarkan pada surga dan kaya di dunia. Jika diolah dengan baik, pertanian bisa memberikan keuntungan yang besar.

photo
Petani milenial (petani berusia 19 hingga 39 tahun) memotret produk olahan minuman dari tanaman mint (Mentha) dan bunga telang ( Clitoria ternatea) untuk kemudian diunggah di media sosial di lahan urban farming Griya Mint, Malang, Jawa Timur, Rabu (30/6/2021). Petani milenial setempat memanfaatkan atap rumah sebagai lahan budidaya tanaman mint dan bunga telang yang kemudian produknya dijual melalui pasar daring. - (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

Selain itu, jika menanam dengan niat sedekah dan doa, hasil pertanian tersebut juga akan bermanfaat bagi masyarakat. Dengan demikian, dapat memberikan pundi-pundi pahala nantinya. “Jadi petani adalah salah satu cara sukses dunia dan akhirat. Mendapat keuntungan yang besar sekaligus pahala yang berlimpah saat bertani,” jelasnya.

Sementara itu, Pendiri Everfresh Indoagro, Dimas Agung Mahendra menyebutkan beberapa alasan anak muda tidak ingin menjadi petani. Satu di antaranya mengenai risiko besar yang mengintai saat masa panen tiba. Di samping itu, para kebanyakan petani masih bergantung pada pengepul sehingga memunculkan ketakutan hasil panen yang sulit untuk terjual.

Melihat akan hal itu, Alumnus Agribisnis UMM itu berinisiatif mendirikan Everfresh Indoagro.  Usaha tersebut muncul berangkat dari kurangnya pasar yang khusus menyediakan sayuran. Sebab itu, ia bertekad membangun market/ sayuran sehingga para petani tidak bingung menjual hasil panennya.

Dimas berharap langkah kecilnya bersama Everfresh Indoagro bisa memicu anak-anak muda untuk berkecimpung di dunia pertanian. "Hingga nantinya dapat menggantikan generasi sebelumnya dalam mengembangkan pertanian ke arah yang lebih baik,” kata dia menegaskan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement