Rabu 22 Sep 2021 15:08 WIB

Nadiem Lihat Cara Belajar Suku Anak Dalam di Jambi

Suku Anak Dalam belajar menggunakan kurikulum alternatif.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Dwi Murdaningsih
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, saat bertemu masyarakat di Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Bunga Kembang, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi, Selasa (21/9).
Foto: Kemendikbudristek
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, saat bertemu masyarakat di Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Bunga Kembang, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi, Selasa (21/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, menyatakan, setiap daerah punya karakteristiknya masing-masing. Untuk itu, pemberian pendidikan yang cocok di setiap daerah penting untuk dilakukan.

“Kita harus memberikan pendidikan yang cocok. Maka dari itu, saya ke sini untuk memahami apa yang dibutuhkan dan apa yang tidak dibutuhkan bagi masyarakat yang masih memegang teguh kearifan lokalnya,” kata Nadiem dalam siaran pers, Rabu (22/9).

Baca Juga

Nadiem menyampaikan hal tersebut saat bertemu masyarakat di Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Bunga Kembang, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Pada kesempatan itu, dia menyapa anak-anak Orang Rimba atau Suku Anak Dalam, orang tua, guru, komunitas Konservasi Indonesia Warsi, dan perwakilan pemerintah Kabupaten Sarolangun.

Saat pertemuan, Mendikbudristek mengenakan kaus bertuliskan Merdeka Belajar. Dia mengungkapkan alasannya menggunakan kaus tersebut, yakni ingin menunjukkan Kemendikbudristek percaya bentuk pendidikan tidak hanya satu, tetapi beragam. Karena itu, belajar haruslah merdeka.

Ketua PKBM Bunga Kembang, Maknun, menjelaskan, akses pendidikan formal masih sulit sehingga pihaknya menyediakan kurikulum alternatif. Kurikulum alternatif disusun berdasarkan kearifan lokal masyarakat setempat. Dia memberikan salah satu contoh kasus bagaimana pengajaran dilakukan berdasarkan persoalan yang ada di lapangan.

“Misalnya, Orang Rimba hidup dari menjual damar, madu, dan rotan. Namun saat transaksi, harganya tidak sesuai dan mereka merasa dibohongi. Maka anak-anak kita ajarkan berhitung,” jelas Maknun.

 
Dia juga menerangkan, Orang Rimba yang hidup semi nomaden banyak yang menitipkan anak-anaknya di PKBM tersebut.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement