Jumat 29 Oct 2021 00:10 WIB

Risiko Covid-19 Parah Rendah di Awal Kehamilan

Risiko Covid-19 parah cenderung rendah bila menginfeksi di awal kehamilan.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nora Azizah
Risiko Covid-19 parah cenderung rendah bila menginfeksi di awal kehamilan.
Foto: Pixabay
Risiko Covid-19 parah cenderung rendah bila menginfeksi di awal kehamilan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian terkait kasus ibu hamil selama pandemi Covid-19 dilakukan di China. Dalam penelitian menunjukkan bahwa wanita hamil di China yang tertular Covid-19 pada awal kehamilan berisiko lebih rendah mengalami penyakit parah. 

Para peneliti di Pusat Penelitian Klinis Nasional Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit Peking University Third di Beijing melakukan penilaian terhadap 138 wanita hamil yang terjangkit Covid-19 pada awal 2020. Penelitian bertujuan meninjau bagaimana penyakit Covid-19 memengaruhi kelompok wanita hamil.

Baca Juga

“Perhatian khusus harus diberikan kepada pasien yang terinfeksi Sars-CoV-2 pada akhir kehamilan karena risiko penyakit parah pada mereka tampaknya lebih tinggi daripada pasien yang terinfeksi pada tahap awal,” kata Penulis Studi, Qiao Jie, dalam makalah yang diterbitkan di server pracetak medRxiv, dilansir dari South China Morning Post, Kamis (28/10).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), studi sebelumnya menunjukkan bahwa wanita hamil berisiko lebih tinggi terkena Covid-19 yang parah dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil pada usia yang sama. Sementara itu, studi di China menemukan bahwa kehamilan tidak menempatkan wanita pada risiko penyakit parah karena Covid-19. 

Pasien yang terinfeksi Sars-CoV-2 pada awal kehamilan bahkan berisiko lebih rendah terkena penyakit parah daripada mereka yang terinfeksi pada tahap akhir. Studi menyebutkan proporsi pasien hamil di akhir kehamilan juga membutuhkan oksigen atau ventilator dibandingkan dengan mereka yang terinfeksi di awal kehamilan. Kondisi fisik yang berbeda pada wanita di akhir kehamilan dapat memiliki peran penting dalam perjalanan klinis infeksi Sars-CoV-2.

Semua kasus tercatat dilakukan pada Desember 2019 hingga pertengahan April 2020, yakni saat tidak ada vaksin untuk virus corona dan sedikit yang diketahui tentang cara terbaik mengobati penyakit ini. Infeksi juga berasal dari varian virus yang berbeda dari yang ada saat ini.

Studi juga menemukan bahwa ada 23 kasus parah dan tiga kematian pada wanita hamil yang sudah menjalani kontrol kehamilan. Faktor yang dapat dikaitkan dengan kondisi itu, yakni perubahan sistem kekebalan selama kehamilan, masalah gastrointestinal, nyeri otot, dan kelelahan. Kedua kelompok wanita memiliki insiden batuk dan demam yang sama.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS juga menemukan dalam sebuah penelitian tahun lalu bahwa wanita rentan mengalami gejala, seperti batuk dan sesak napas pada frekuensi yang sama, terlepas dari kehamilan. Namun, wanita hamil melaporkan sakit kepala, nyeri otot, demam, dan diare.

Penelitian di AS yang melibatkan lebih dari 8.000 wanita hamil menemukan bahwa kelompok ini secara signifikan lebih mungkin dirawat di unit perawatan intensif, meskipun risiko kematiannya sama untuk wanita hamil dan tidak. Studi internasional lainnya telah mencapai kesimpulan serupa tentang frekuensi perawatan ICU yang lebih besar untuk wanita hamil.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement