Komposisi yang tak seimbang
Peneliti dari Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Veryl Hasan mengatakan limbah cair secara bertahap mempengaruhi hormon ikan. Limbah kimia membuat genetical block yang memblokir sintesa protein terbentuknya kelamin jantan sehingga ikan di sungai didominasi ikan betina.
"Padahal seharusnya sekitar 50:50 persen , namun kondisi saat ini 80 persen ikan berkelamin betina,” ungkap Veryl Hasan. Ketidakseimbangan komposisi kelamin ikan menyebabkan penurunan populasi dan toksitisitas limbah menyebabkan kematian ikan secara massal.
Di Sungai Brantas, spesies ikan yang ditemukan telah menurun dari 60 spesies yang teridentifikasi pada tahun 1990 ke hanya 25 spesies. Di Bengawan Solo jumlah spesies ikan yang hilang mencapai 20 jenis dan menyisakan kurang dari 10 spesies.
Yang lebih memprihatinkan menurut tim peneliti adalah penurunan jumlah spesies di Sungai Citarum. Ikan di Citarum yang punah tercatat antara lain Bagarius lica dari keluarga Baung dan Chitala lopis – Belida. Sedangkan Lobocheilos lehat – dari keluarga ikan Lais sudah punah lebih dari 50 tahun lalu.
Sementara yang punah 10 tahun terakhir yakni Laides hexanema dari keluarga Patin Sungai, Helostoma temnickii – Ikan Tambakan / Gurami Pencium, Rhyacichthys aspro, Pseudolais micronemus, dan Pangasius macronema – juga dari keluarga Patin Sungai, serta Acrochordonichthys ischnosoma – Joko Repo dan Acrochordonichthys rugosus.
Di Bengawan Solo, yang punah 50 tahun lalu menurut peneliti adalah ikan Bagarius lica dari keluarga Baung. Sementara yang punah 10 tahun terakhir tercatat Macrochirichthys macrochirus, Pangasius macronemus - Jambal dari keluarga Patin Sungai, Luciosoma setigerum atau ikan Bala, dan Homalopteroides wassinkii.
Pemerintah harus turun tangan
Tim peneliti menilai rusaknya sungai-sungai di Jawa dikarenakan pemerintah tidak menprioritaskan pengendalian pencemaran air. "Pengawasan pembuangan limbah cair industri tidak dilakukan dengan serius, sehingga industri tetap saja membuang limbah dengan pengolahan ala kadarnya," keluh Daru Setyorini, peneliti pencemaran sungai Ecoton.
Dalam melakukan kerjanya, tim peneliti menceritakan sulitnya mendapatkan akses ke saluran pembuangan limbah cair. Peneliti menduga adanya kecenderungan industri membuang limbah dengan tidak diolah pada malam hingga dini hari.
Tim peneliti menyayangkan lemahnya pengawasan pembuangan limbah cair oleh pemerintah yang menurut mereka mendorong industri membuang limbah tanpa diolah. Peneliti juga mengeluhkan tidak adanya sanksi yang tegas terhadap pelaku pembuang limbah cair yang merusak ekosistem sungai.
Akibatnya, perbuatan melawan hukum yang mengatasnamakan kestabilan ekonomi terus terjadi dan menurunkan kualitas lingkungan Daerah Aliran Sungai di Pulau Jawa. Terakhir yang menjadi kecemasan peneliti adalah ketidakjelasan kewenangan pengendalian pencemaran dan upaya pemulihan kualitas air.
Ecoton mendorong dibuatnya peraturan presiden tentang pengendalian pencemaran danpPemulihan kualitas Sungai Brantas, Bengawan Solo dan Ciujung, untuk mengantisipasi merosotnya kualitas air sungai nasional di Pulau Jawa yang mengakibatkan punahnya beragam jenis ikan.
sumber: https://www.dw.com/id/kepunahan-ikan-sungai-pulau-jawa/a-59692659