REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaksana Tugas Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kartini Rustandi, mengatakan, masa pandemi COVID-19 berdampak pada meningkatnya persentase stunting pada anak. Namun, detail persentase kenaikan stunting tersebut masih dihitung.
"Kalau kita bicara dampak pandemi, ada beberapa dampak, memang pasti ada dampaknya ya, berapa besarnya sedang di dalam beberapa kajian," kata Kartini dalam acara Dialog Produktif Semangat Selasa bertajuk "Bebas Stunting di Masa Pandemi" yang diikuti di Jakarta, Selasa (30/11).
Ada beberapa hal yang menyebabkan kenaikan stunting ini, di antaranya masih ada ibu-ibu yang takut membawa anaknya ke puskesmas untuk pemeriksaan rutin dan imunisasi. Kemudian beberapa waktu lalu adanya penerapan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) membuat sejumlah fasilitas kesehatan di beberapa daerah tidak beroperasi.
"Itu dulu. Tetapi sudah ada upaya-upaya bagaimana kita mempersiapkan atau membantu masyarakat untuk bisa melakukan pemeriksaan pada ibu hamil, juga pemeriksaan pada anak-anak, bayi-bayi dan anak balita untuk mendapatkan atau memantau pertumbuhan perkembangannya," katanya.
Ia menyebut penyebab stunting pada anak bukan hanya kurang asupan makanan, tetapi juga dipengaruhi pola asuh, budaya, sarana prasarana pendukung hidup sehat dan tingkat kemiskinan. Masalah stunting, kata dia, harus dicegah sejak dini mulai dari perempuan remaja, calon pengantin, ibu hamil, dan bayi baru lahir.
"Bagaimana mencegah dari ibu-ibu yang akan hamil, bahkan sejak remaja. Bagaimana membuat remaja itu menjadi sehat, kemudian ibu-ibu yang akan hamil siap hamil dan selama hamil itu harus dalam kondisi yang sehat. Setelah bayi lahir, mendapat ASI dan juga mendapat pola makan yang sehat dan apabila dia mengalami kekurangan gizi, maka kita akan memberikan makanan tambahan," kata Kartini.