REPUBLIKA.CO.ID, BOSTON -- Bumi yang kita tinggali memiliki lapisan pelindung untuk melindungi dari ledakan radiasi. Pelindung ini berbentuk unik seperti croissant. Perisai yang dimaksud disebut heliosfer.
Studi baru menunjukkan Bumi mendapatkan bentuk yang unik ini dari partikel hidrogen netral yang datang dari tata surya kita.
Dilansir dari The Jerusalem Post, Senin (6/12), perisai pelindung ini mencakup seluruh tata surya dalam gelembung medan magnet gas terionisasi yang mengisi ruang antara tata surya galaksi. Perisai ini melindungi manusia dari semburan api matahari yang dahsyat dan terbentuk seperti croissant yang kempes.
Temuan ini diungkapkan dalam studi akademis peer-review pada 2020 yang dipimpin oleh Merav Opher, profesor astronomi Boston University, yang juga memimpin NASA DRIVE (Diversity, Realize, Integrate, Venture, Educate) Science Center yang menyelidiki dan mengembangkangkan model prediksi heliosfer yang disebut SHIELD (Solar-wind with Hydrogen Ion Exchange and Large-scale Dynamics).
Dalam studi terbaru timnya, yang diterbitkan dalam jurnal akademik peer-review The Astrophysical Journal, disebutkan bahwa partikel hidrogen dari luar tata surya kita memainkan semacam peran dalam membentuk heliosfer. Studi itu sendiri berusaha menjawab mengapa jet heliosfer menjadi tidak stabil.
“Mengapa bintang dan lubang hitam dan matahari kita sendiri- mengeluarkan pancaran yang tidak stabil?” kata Opher dalam sebuah pernyataan. “Kami melihat pancaran ini memproyeksikan sebagai kolom tidak beraturan, dan (astrofisikawan) telah bertanya-tanya selama bertahun-tahun mengapa bentuk-bentuk ini menghadirkan ketidakstabilan,” ujar dia.
Sebagian besar model heliosfer lainnya menunjukkan ia memiliki bentuk seperti komet dengan jet heliosfer di ujungnya sebagai semacam “ekor”. Lalu, mengapa model Opher agak menyerupai croissant?
Alasan ini adalah partikel hidrogen netral. Netral menunjukkan jumlah muatan positif dan negatif yang sama, sehingga membuatnya netral, tanpa muatan bersih apa pun.
Dalam model komputasi, Opher menjelaskan bahwa dia mengambil satu hidrogen netral- dan memperhatikan bahwa pancaran yang datang dari Matahari, membentuk heliosfer, menjadi sangat stabil.
“Ketika saya memasukkannya kembali, benda-benda mulai menekuk, sumbu tengah mulai bergoyang, dan itu berarti sesuatu di dalam pancaran heliosfer menjadi sangat tidak stabil,” ujar Opher.
Ini, pada gilirannya, akan menjadi alasan bentuk croissant. Ketidakstabilan seharusnya secara teori, menyebabkan pancaran matahari dan angin matahari berubah. Akibatnya, heliosfer itu sendiri akan terbelah bentuknya.
Ini semua masih teoretis, karena pengamatan langsung dari heliosfer itu sendiri itu tidak mungkin. Tetapi gagasan ini, tentang gas netral yang bertabrakan dengan heliosfer, memang lebih diutamakan.
Ketika material dengan kepadatan berbeda bertabrakan, ketika material yang lebih ringan mendorong material yang lebih berat, bentuk yang tidak beraturan sering kali terbentuk. “Temuan ini benar-benar mengarahkan kami ke arah menemukan mengapa model kami mendapatkan heliosfer berbentuk croissant yang berbeda dan mengapa model lain tidak,” jelas Opher.