Selasa 14 Dec 2021 14:54 WIB

Risiko Serangan Jantung Meningkat Setelah Olahraga? Ini Kata Ahli

Anda tidak harus berada dalam kondisi tak bugar untuk mengalami serangan jantung.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Risiko serangan jantung setelah olahraga (ilustrasi).
Foto: Foto : MgRol_92
Risiko serangan jantung setelah olahraga (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat bersepeda, bisa saja Anda mengalami serangan jantung. Namun apakah benar bahwa olahraga dapat meningkatkan risiko serangan jantung? 

“Setiap peristiwa stres pada tubuh Anda dapat meningkatkan detak jantung Anda, meningkatkan tekanan di arteri, dan menyebabkan plak di sana terbuka dan memiliki bentuk gumpalan di atasnya. Itulah yang terjadi pada serangan jantung,” ujar ahli jantung dari  UNC Health in North Carolina dan ko-penulis of Am I Dying?!: A Complete Guide to Your Symptoms and What to Do Next, Christopher Kelly.

Baca Juga

Artinya, segala jenis peristiwa yang membuat stres secara fisik atau emosional. “Kami bahkan melihat peningkatan serangan jantung di negara tuan rumah saat Piala Dunia berlangsung,” ujarnya.

Tapi cukup jarang mengalami serangan jantung setelah berolahraga, terutama jika Anda sehat. Salah satu penelitian memperkirakan kemungkinan satu kematian per 792 ribu orang per jam latihan. Penelitian lain menempatkannya pada satu serangan jantung terkait olahraga per 18 ribu pria.

Anda lebih mungkin mengalami serangan jantung jika tidak berolahraga. Semakin banyak aktivitas yang Anda lakukan, semakin kecil kemungkinan serangan jantung. 

Satu ulasan, menurut sebuah makalah yang diterbitkan dalam Circulation, orang yang melakukan aktivitas fisik paling banyak menurunkan risiko kematian kardiovaskular sebesar 30 hingga 50 persen dibandingkan orang yang melakukan aktivitas paling sedikit.

Risiko itu lebih tinggi jika Anda sudah memiliki penyakit jantung, tingkatnya naik menjadi satu kejadian per 58 ribu jam pasien. Tapi penulis makalah yang memberikan perspektif itu menunjukkan hal tersebut masih merupakan risiko yang sangat rendah.

Jika Anda sudah tidak banyak bergerak, masuklah dengan santai. "Itu membuat jantung Anda bekerja lebih keras dibandingkan biasanya," kata Kelly. 

Terkadang, Kelly merekomendasikan orang dewasa di atas 50 tahun dengan peningkatan risiko penyakit jantung yang tidak berolahraga sebaiknya berkonsultasi lebih dulu ke dokter sebelum mereka memulai program olahraga. Mereka mungkin melakukan tes stres dan mengevaluasi faktor risiko Anda yang lain.

"Tapi tidak ada dokter yang akan memberitahu Anda untuk tidak berolahraga. Mereka mungkin membuat Anda mudah melakukannya," katanya.

Jika Anda memiliki gejala serangan jantung saat berolahraga atau sesudahnya, jangan menganggapnya hanya karena tidak bugar. Pertama-tama, Anda tidak harus berada dalam kondisi tak bugar untuk mengalami serangan jantung. Kedua, gejala-gejala ini memberi tahu Anda sesuatu. 

Yang harus diperhatikan, nyeri atau rasa tidak nyaman di dada, di salah satu atau kedua lengan serta punggung, leher, rahang, atau perut; sesak napas; juga mungkin berkeringat dingin dan mengalami mual atau pusing. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement