Kamis 16 Dec 2021 19:50 WIB

Sering ke Toilet? Bisa Jadi Gejala Diabetes

Ada beberapa tanda untuk mendeteksi diabetes lebih awal.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Kebiasaan terlalu sering ke toilet untuk buang air bisa menjadi salah satu gejala diabetes tipe 2 (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Kebiasaan terlalu sering ke toilet untuk buang air bisa menjadi salah satu gejala diabetes tipe 2 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gejala diabetes tipe 2 tidak kentara pada tahap awal. Dalam kebanyakan kasus, diabetes hanya terdeteksi ketika kondisinya menjadi parah, dan risiko komplikasi meningkat. 

Diabetes tipe 2, jika terdeteksi pada tahap awal, mudah dikelola dan dalam beberapa kasus, bahkan reversibel. Ada beberapa tanda untuk mendeteksi diabetes lebih awal. Salah satunya terkait dengan aktivitas Anda ke toilet. Diabetes adalah suatu kondisi di mana tubuh tidak memproduksi atau tidak dapat menggunakan insulin untuk mengubah glukosa menjadi energi. 

Baca Juga

Ini mengarah pada lonjakan kadar gula darah. Kadar gula darah tinggi yang konstan mulai memengaruhi fungsi tubuh dan organ lainnya. Diabetes tipe 2 memengaruhi setiap sel dalam tubuh dan menyebabkan berbagai gejala. Tidak ada dua orang yang mengalami gejala yang sama. Kondisi ini berkembang perlahan dan ada cukup waktu untuk menunda atau membalikkannya jika gejalanya dikenali pada tahap awal.

Jika perjalanan Anda ke toilet meningkat akhir-akhir ini atau Anda sering terbangun pada malam hari untuk pergi ke toilet, disarankan untuk melakukan tes diabetes tipe 2. 

Menurut konsultan senior penyakit dalam di Rumah Sakit Fortis, Cunningham Road, Bangalore, dr Aditya S Chowti, poliuria atau frekuensi buang air kecil yang sering adalah tanda diabetes yang terkenal. “Meningkatnya perjalanan ke kamar kecil dapat mengindikasikan bahwa seseorang telah menderita diabetes mellitus. Itu dapat terjadi pada berbagai gangguan, termasuk diabetes tipe 1 dan tipe 2,” ujarnya seperti dilansir di laman Times of India, Kamis (16/12).

Bagi banyak orang, buang air kecil enam sampai tujuh kali dalam 24 jam dianggap normal. Pergi ke toilet empat sampai 10 kali sehari juga bisa menjadi normal jika orang tersebut sehat dan tidak menderita kondisi lain. Apa pun di atas itu membutuhkan perhatian medis segera.

Ketika jumlah glukosa atau gula dalam darah meningkat, ginjal harus bekerja lebih keras untuk mengeluarkannya dari sistem. "Itu terjadi karena gula urine menjadi sangat tinggi dan menyeret cairan saat dikeluarkan," ujar konsultan endokrinologi Rumah Sakit Fortis, dr Srinivasa P Munigoti.

Dia mengatakan, ginjal mengekstrak gula yang berlebihan dari darah, yang dikeluarkan dari tubuh melalui urine. Seluruh proses menyebabkan produksi urine yang berlebihan, meningkatkan perjalanan ke toilet. Beberapa orang bahkan terbangun pada malam hari setelah setiap dua sampai tiga jam untuk buang air kecil. Jika tidak dikelola tepat waktu, diabetes bahkan dapat merusak ginjal atau kandung kemih Anda.

Sering buang air kecil juga bisa disebabkan karena alasan lain seperti usia, terlalu banyak alkohol atau asupan kafein. Dr Chowti menjelaskan, sering buang air kecil dalam kasus kehamilan, penyakit hati, penyakit ginjal, hiperkalsemia, sindrom Cushing, kecemasan, dan kondisi lainnya semua bisa menjadi gejala diabetes insipidus. Ini adalah kondisi di mana tubuh tidak dapat menyeimbangkan kadar cairannya.

Cara paling pasti untuk mengetahui apakah Anda menderita diabetes adalah dengan mencari gejala lain. Beberapa gejala awal lain yang muncul dengan sering buang air kecil adalah mulut kering, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, kaki mati rasa, sering mengalami infeksi saluran kemih dan pandangan kabur. 

Dia menyebut, pada anak-anak, diabetes dapat memanifestasikan dirinya dalam berbagai cara. "Namun, karena tidak adanya tanda-tanda khas, seseorang mungkin mengalami gejala yang tidak biasa seperti gusi yang meradang atau terinfeksi, perubahan warna kulit, kesemutan, mati rasa, sensasi aneh di kaki, gangguan atau fluktuasi visual, gangguan pendengaran, lesu, dan siklus tidur yang tidak sinkron," jelasnya.

Apa yang harus dilakukan? Pertama-tama, konsultasikan dengan dokter dan diskusikan gejala yang Anda alami. Dia mungkin meminta Anda menjalani beberapa tes untuk memastikan apakah Anda menderita diabetes dan seberapa serius kondisinya. 

Berdasarkan itu mereka akan meresepkan obat dan perawatan lainnya. Kedua, lakukan perubahan dalam pola makan Anda. 

Diabetes tidak disebabkan karena asupan gula yang berlebihan seperti yang diyakini. Kondisi ini disebabkan terutama karena kebiasaan gaya hidup yang buruk. Jadi, membuat perubahan di dalamnya sangat penting untuk mengelola kadar gula darah. Makan sehat, olahraga, dan tidur tepat waktu agar tetap sehat dan bugar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement