REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang digulirkan Kemenristekdikti telah membawa perubahan berarti bagi kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi. Peningkatan mutu pendidikan perguruan tinggi dilakukan melalui pelaksanaan 8 indikator kerja utama (IKU).
Universitas Muhammadiyah Jakarta sendiri saat ini telah tahun ketiga menikmati program MBKM tersebut. Dari 8 IKU yang wajib dilaksanakan, salah satunya adalah program abdi masyarakat, penelitian dan inovasi. "MBKM ini bertujuan untuk menghasilkan SDM perguruan tinggi yang unggul dan maju, termasuk para lulusannya," kata Wakil Rektor 1 Bidang Akademik, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Dr Muhammad Hadi, disela Implementasi MBKM dalam penyusunan RPS Berbasis Case Method dan Project Based Learning, Kamis (17/12).
Kegiatan penyusunan rencana program semester (RPS) merupakan rangkaian dari kurikulum MBKM yang harus tergambar dalam RPS sebagai tahapan MBKM 3. Meski demikian, program MBKM ini masih menghadapi sejumlah tantangan. Seperti perbaikan data universitas, mahasiswa dan penelitian yang sebelumnya terpisah kini perlu disatukan dalam klaster besar agar memberikan nilai tambah bagi universitas.
Menurutnya perbaikan sistem ini akan memudahkan RPS yang dibuat mampu menarik perhatian kampus lain di Tanah Air. Dosen dan mahasiswa dapat terlibat dalam aktivitas perguruan tinggi lainnya, termasuk kerjasama penelitian dan kegiatan lainnya. "Ini yang namanya MBKM," katanya.
Dr. Hj. Herwina Bahar, MA, ketua Peneliti menyampaikan dalam kegiatan Implementasi MBKM dalam Penyusunan RPS berbasis Case Methode dan Project Based Learning merupakan bagian penting dan strategis bagi dosen untuk memberikan layanan terbaik kepada mahasiswa dalam proses perkuliahan.
Sebanyak 174 peserta dalam kegiatan berupaya untuk mencapai IKU ke-7 PT yang menitik beratkan dalam proses pembelajaran berbasis Case Methode dan Project Based Learning. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas lulusan menjadi lulusan yang berpikir rasional, kritis, aktif, inovatif dan berwawasan kebangsaan.
Rektor UMJ, Dr. Ma'mun Murod, M. Si juga menegaskan UMJ memiliki SDM pengajar yang baik. Jumlah pengajar doktor adalah keempat terbesar di antara perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) setelah UMS, UMY dan UMM. Tahun ini UMJ menghasilkan dua Guru Besar, dan tahun 2022 harus ada 2 Guru Besar baru. " Ini menjadi tantangan pecah telor, sirkulasi jabatan fungsional jalan terus. Lektor Kepala ada 63 orang dan berharap setiap tahun bisa pecah telor," katanya.