Selasa 21 Dec 2021 14:36 WIB

Kiprah UAD, Dari Tanggap Bencana Hingga Pengembangan Eduwisata

UAD berkomitmen melaksanakan pendampingan dan pembinaan untuk pengabdian masyarakat.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Kampus utama UAD Yogyakarta.
Foto: Dokumen.
Kampus utama UAD Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pembinaan dan pendampingan mahasiswa, terutama terkait pengabdian kepada masyarakat, terus diberikan UAD. Tidak cuma untuk kompetisi, namun semua itu dilakukan agar manfaat pengabdian dapat benar-benar dirasakan masyarakat.

Kepala Bidang Pembinaan Organisasi Kemahasiswaan dan Prestasi Mahasiswa Bimawa UAD, Choirul Fajri mengaku bersyukur, prestasi demi prestasi terus diraih UAD. Selain raihan gemilang di Pimnas, UAD turut mengukir raihan cemerlang di Abdidaya 2021.

Ada dua tim yang lolos Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) dan Pengembangan Pemberdayaan Desa (P3D). UAD menjadi juara satu supporting unit, juara satu dosen pembimbing P3D, juara dua mitra PHP2D, dan juara favorit dari tim P3D.

Dari sana, UAD menempati peringkat empat PTN dan PTS seluruh Indonesia. Choirul menekankan, itu semua tidak berhenti karena UAD memang berkomitmen melaksanakan pendampingan dan pembinaan untuk pengabdian masyarakat yang dilakukan mahasiswa.

Akhir pekan ini, ada pula pengabdian yang dilakukan di Pantai Gugel Kulonprogo, DIY. Mereka melakukan bersih-bersih pantai, penanaman pohon, pelatihan pengelolaan sampah untuk pedagang pantai, dan pembagian masker yang melibatkan mahasiswa/i.

Ia menekankan, pengabdian biasanya memang dijadwalkan intens kepada satu daerah yang membutuhkan perhatian agar mahasiswa bisa berkontribusi. Bersinergi dengan LPPM, diharapkan pengabdian tidak cuma untuk dosen-dosen tapi juga mahasiswa/i.

"Jadi, mahasiswa/i tidak cuma melakukan pengabdian masyarakat ketika KKN, dan didorong MBKM ditumbuhkan spirit mahasiswa/i agar melakukan program-program pengabdian masyarakat, dan diselaraskan dengan kondisi terkini," kata Choirul, Sabtu (18/12).

Ketika pandemi, sejak pengenalan kampus mahasiswa/i sudah diminta melakukan pengabdian masyarakat secara mandiri di daerah masing-masing. Mereka diminta menanam pohon dan mengirim video penanaman sebagai strategi selama pandemi.

Ia berharap, civitas akademika UAD bisa semakin peka membaca peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar yang melibatkan banyak multi disiplin ilmu. Saat terjadi bencana, misal, banyak SDM berbagai disiplin ilmu di UAD yang bisa diterjunkan.

"Terkait bencana, harapan kita bisa fokus ke sebelum, saat, dan setelah terjadi bencana. Jadi, kontribusi untuk pengabdian kepada masyarakat bisa dilaksanakan baik yang dilakukan dosen maupun mahasiswa/i," ujar Choirul.

Ketua Tim P3D HMPS PBSI UAD, Atik Widyaningrum, membagikan pengalaman pengabdian di Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Bantul. Terdiri dari 15 orang dari Prodi PPSI, PPKN dan PGSD. Dimulai Juli, tim terjun ke lapangan sejak Agustus.

Di sana, dilakukan mengembangkan potensi sejarah, seni, dan budaya yang ada di Gilangharjo. Tim mengembangkan eduwisata heritage (peninggalan bersejarah) dari Kerajaan Mataram Islam seperti situs Gilanglipuro, pelatihan musik, tari, dan lukis ke anak-anak serta pelatihan UMKM.

Tim turut mengembangkan taman literasi untuk mendorong kreativitas anak-anak yang menjadi usaha mendukung gerakan literasi nasional. Karena memang masih pandemi, untuk mengundang pelatihan terbatas dan cuma dibolehkan melibatkan 15 warga.

Kemudian, pelatihan bertahap seperti membatik 2-3 tahap dan pelatihan gamelan 3-4 kali, serta mengeksplorasi budaya lain yang masih kental. Ada pula permainan tradisional yang mulai menghilang, dilakukan revitalisasi ke anak-anak sekitar.

"Hasilnya, mereka mampu meningkatkan ekonomi seperti dari pengembangan makanan khas. Kami melakukan diversifikasi produk dan untuk keterampilan ibu-ibu sudah bisa menciptakan desain batik khas yang sudah pula dibantu mendapatkan HAKI," kata Atik.

Ketua Tim PHP2D UAD, Della Febriana, turut membagikan pengalaman melaksanakan pengabdian masyarakat di Kalurahan Selopamioro, Kapanewon Imogiri, Bantul. Tim terdiri dari 12 orang berasal dari Prodi Biologi dan Teknik Informatika UAD.

Fokus ke lahan petani kritis yang tidak ditanami saat kemarau karena belum bisa meminimalisir konsumsi air tadah hujan. Biasanya, penggunaan air memakai selang langsung tanpa pengendalian, kini menerapkan irigasi otomatis dan meminimalisir air.

Ini didukung pembuatan pupuk organik cair memanfaatkan limbah rumah tangga, yang didegradasi menggunakan maggot. Walaupun sekolah lapangan untuk pemberian materi cuma bisa diikuti 15 orang, kini pengaplikasian pupuk sudah diterapkan warga.

Masyarakat sangat antusias karena sebelumnya lahan kritis tidak dapat ditanami sepanjang kemarau. Kini, biaya produksi bisa dikurangi pula karena menggunakan pupuk organik karena pupuk sudah bisa produksi sendiri dan tidak lagi membeli.

"Dari biaya produksi yang bisa jadi ekonomis, margin pengeluaran dan pendapatan lebih besar, serta keuntungan yang didapatkan petani lebih banyak," ujar Della. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement