Selasa 04 Jan 2022 10:56 WIB

Berantas Mood Swing Lewat Menulis

Mood swing bisa jadi momok menakutkan saat seseorang tak bisa mengatur perubahan

PT Pos Indonesia (Persero) menggelar cara menulis surat untuk ibu diikuti sejumlah sekolah tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan SD dalam rangka memperingati hari ibu.
Foto: Istimewa
PT Pos Indonesia (Persero) menggelar cara menulis surat untuk ibu diikuti sejumlah sekolah tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan SD dalam rangka memperingati hari ibu.

Oleh : Rifa Fauzia (Mahasiswi Pasca Sarjana Unindra)

REPUBLIKA.CO.ID, Menulislah sampai seluruh beban terhempaskan. Beberapa waktu lalu mencuat kepermukaan kasus mahasiswi yang ditemukan tewas dipusara ayahanda tercintanya. Ia mengalami perundungan setelah sang kekasih hati memberikannya obat untuk menggugurkan janin dalam kandungannya.

Keluarga yang seharusnya menjadi tempat ternyaman baginya, justru merundungnya. Remuk sudah hati sang ibunda melihat kepergian anak gadisnya begitu saja. Lingkungan sekitar tak bisa menerima cela yang dialami anak gadisnya itu, hingga tak seorang pun bisa bersikap bijaksana menjadi telinga untuk mendengar segala kegalauan yang dirasakannya. 

    “Wanita” makhluk tersabar yang lisannya selalu ingin berkisah. Namun tak bisa dipungkiri, jika keadaan disekelilingnya tak selalu memihak kepadanya. Tentunya keadaan itu mengharuskan setiap wanita bisa mencari solusi agar apa yang tengah dirasakan bisa diungkapkan dengan mudahnya. Beruntunglah bila ia seorang wanita karier, dengan kegiatannya bisa memalingkan dunia yang sedang tak berpihak kepadanya. Akan tetapi, bagaimana bila ia seorang ibu rumah tangga? Pada siapa ia harus mengadu, selain kepada Sang Pencipta-Nya.  

     Permasalahan mental pun banyak bermunculan, salah satunya mood swing. Perubahan mood atau suasana hati yang jelas terasa dan terlihat. Mood swing bisa menjadi momok yang paling menakutkan manakala seseorang tak bisa mengatur perubahan yang terjadi pada dirinya. Perubahan yang terjadi bisa disebabkan oleh banyak hal, salah satunya hormon yang tak seimbang. 

    Melakukan hal-hal yang disukai menjadi solusi untuk mengembalikan mental menjadi lebih baik. Sesuatu yang disukai itu, tak melulu berkaitan dengan finansial. Ada seseorang yang suasana hatinya akan lebih baik setelah berolahraga, ada pula yang jauh lebih baik setelah menonton serial drama korea, tak jarang pula ada yang menghabiskan waktu dengan bermunajat pada Sang Pencipta, dan sederet aktivitas lainnya bisa kita temukan agar seseorang keadaan mentalnya jauh lebih baik.  

   Dilansir dari Kompas.com,” Kesehatan mental mengacu pada kesejahteraan kognitif, perilaku, dan emosional. Hal inilah yang mengatur bagaimana cara orang berpikir, merasakan dan berperilaku. Selain itu, kesehatan mental juga dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari, hubungan atau relasi, dan kesehatan fisik. Misalnya, orang yang mengalami gangguan kesehatan mental bisa stress, depresi, dan merasakan kecemasan yang dapat memengaruhi kesehatan mental serta mengganggu rutinitas seseorang. Oleh karena itu, dengan menjaga kesehatan mental, seseorang akan lebih menikmati hidup. 

    Menulis menjadi salah satu solusi yang bisa dilakukan untuk mengembalikan keadaan diri menjadi normal kembali. Menulis tak melulu harus dilakukan dalam status media sosial saja, ada buku harian yang bisa menjadi tempat menuangkan segala yang ingin diungkapkan. Belakangan platform menulis online mulai bermunculan. Sepertinya cukup membantu untuk menyalurkan berbagai ide yang sudah ada dalam ingatan. Kehadiran platform menulis online berbayar cukup membantu banyak orang dengan sederet aktivitas menulisnya. Tak sedikit orang yang meraup pundi-pundi rupiah dari kebiasaannya menulis. 

    Situasi pandemi pun bisa menstimulus seseorang untuk berkreasi. Menulis menjadi salah satu kegiatan yang paling banyak diminati. Ide menulis yang dituangkan pun beragam, dimulai dari kisah keseharian hingga kisah fiksi yang banyak dibaca oleh para penggemar pembaca daring. Dari kebiasaan menulis minimal 250 kata perhari saja bisa menghasilkan 1 buah buku solo dalam kurun waktu satu bulan. Jelas itu menjadi sebuah pencapaian yang cukup luar biasa, sehingga meminimalisir hadirnya gangguan kesehatan mental dalam keseharian. Terutama bagi para wanita yang sehari-harinya menjadi seorang ibu rumah tangga. 

     Seorang wanita perlu mengeluarkan 20.000 kosakata perhari. Sedangkan pria hanya 7.000 kosakata perhari. Itulah mengapa wanita jauh lebih cerewet daripada pria. Bila dengan lisan hanya akan membuat orang sekitar merasa terganggu, tuangkanlah apa yang ingin diutarakan melalui tulisan. Selain menghasilkan sebuah karya yang bisa dibaca dan dinikmati oleh banyak orang, juga bisa membuat hati jauh lebih bahagia. Sehingga keberadaannya takkan dilirik sebelah mata oleh orang sekitar. Semua orang bisa menulis, semua orang mampu berkarya. Yang harus dibulatkan hanyalah tekad dalam dirinya. Maukah menulis? 

     Manfaat menulis pun diungkapkan oleh pendiri komunitas menulis Almuna Creative, Dania Puspitasari yang berdomisili di kota Jember. Beliau menjelaskan, “Menulis bagi saya bisa menyalurkan apa yang dipikirkan, lalu terciptalah buku dari buah pikiran. Jelas itu membuat happy, selain menghasilkan pundi-pundi juga menghasilkan sederet karya. Menulis juga tentu bisa membuat mental jauh lebih baik, misalnya saat ditimpa satu masalah. Dengan menuliskan permasalahan lain yang tak dialami, permasalahan yang sedang dihadapi justru bisa terurai solusinya. Sehingga membuat otak dan hati terasa lebih ringan.”

     Seperti yang tercantum dalam buku karya Ahmad Rifa’i Rif’an yang berjudul “Super Writer” halaman 31, “Memiliki semangat untuk mengabadikan pemikiran. Sesederhana apapun yang kita pikirkan, hakikatnya itu adalah karunia Tuhan yang sayang untuk diabaikan begitu saja. Pemikiran yang tak dituliskan sangat rawan menguap dan hilang begitu saja. Itulah sebabnya wasiat klasik mengungkapkan, ikatlah hikmah dengan menuliskannya. Beruntunglah orang yang menulis. Beruntung karena mereka tidak melewatkan begitu saja detik demi detik kehidupannya. Mereka tidak membiarkan pemikiran yang dihadiahkan oleh Tuhan berlalu begitu saja. Mereka mencatatnya, membaginya, hingga membuatnya menjadi sesuatu yang bermakna, buat diri sendiri maupun buat orang lain.” 

     Bagi segelintir orang yang senang menulis. Kegiatan menulis berhasil membuat gairah hidupnya bangkit kembali. Dari kebiasaannya itu, hormon endorfin pun dihasilkan dari dalam tubuhnya. Mood swing pun terabaikan dengan sendirinya. Jadi, tetap semangat dan bertumbuh sepanjang hari dengan menulis.   

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement