REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG — Peneliti menemukan peretas dari Korea Utara melakukan pencucian uang digital pada 2021. Hasil temuan, peretas Korea Utara berhasil mencuri hampir 400 juta dolar (Rp 5,7 triliun) dalam cryptocurrency pada 2021, khususnya ethereum.
Negara yang terisolasi ini telah lama mengandalkan korps peretasnya untuk membobol lembaga keuangan di seluruh dunia untuk mencuri uang. Dalam beberapa tahun terakhir, para peretas tersebut semakin fokus pada perusahaan yang menangani dan memperdagangkan mata uang kripto, yang disimpan dalam dompet digital dan dapat dengan mudah dikirim ke seluruh dunia jika seorang peretas memperoleh akses.
Sebuah laporan PBB tahun lalu menemukan bahwa Korea Utara telah meretas dan mencuri aset virtual senilai 316 juta dolar antara 2019 dan 2020 untuk digunakan dalam program senjata nuklirnya.
Menurut para peneliti di Chainalysis, sebuah perusahaan yang memantau transaksi di blockchain, mengatakan, taktik itu sangat efektif tahun lalu. “Peretas Korea Utara berhasil menembus setidaknya tujuh pertukaran mata uang kripto dan mencuci uangnya,” kata perusahaan itu dilansir dari NBC News, Jumat (14/1).
Banyak cryptocurrency telah meningkat tajam nilainya dalam beberapa tahun terakhir. Pengembang perangkat lunak telah menciptakan seluruh ekosistem proyek dan pertukaran yang memungkinkan pengguna untuk menukar satu jenis cryptocurrency dengan yang lain, atau dari uang virtual ke uang tunai.
Sementara itu banyak bursa utama mengikuti panduan untuk mengumpulkan informasi tentang pengguna untuk melawan pencucian uang, internet juga penuh dengan tempat-tempat yang tidak mengganggu. Ini membuka pintu bagi Penjahat siber.
Menurut penelitian dari perusahaan keamanan siber Kaspersky, yang juga diterbitkan pada Kamis, Korea Utara memiliki tim peretasan khusus yang terus-menerus menyerang perusahaan kecil dan menengah yang berurusan dengan mata uang kripto dan proyek terkait. Perusahaan semacam itu sering menjadi target peretas, yang mencuri rekor cryptocurrency 14 miliar dolar tahun lalu.
“Tidak seperti banyak penjahat yang menerima cryptocurrency, Korea Utara tidak terburu-buru untuk segera mengubahnya menjadi mata uang konvensional,” kata Erin Plante, direktur senior investigasi di Chainalysis dan penulis laporan.
Sebagai gantinya, lanjut Plante, mereka terus-menerus mencuci mata uang kripto yang diretas dalam jumlah sedang sambil mempertahankan sekitar 170 juta dolar dari peretasan sebelumnya, untuk memanfaatkan fakta bahwa mata uang kripto utama seperti bitcoin dan ethereum telah meningkat nilainya dalam beberapa tahun terakhir.
“Mereka sangat strategis. Mereka tidak terburu-buru dalam menguangkan. Dengan menunggu, mereka dapat melihat jumlah yang jauh lebih besar yang akan mereka dapatkan,” ujar Plante.