Untuk jenis robusta, produksinya mencapai 3.329 ton dari 2.135 hektare lahan yang sudah menghasilkan. Rata-rata produksi 1,01 ton per hektare.
"Masih ada yang muda atau belum menghasilkan seluas 1.185 hektare serta tanaman tidak menghasilkan atau tidak produktif lagi sembilan hektare," kata Joko.
Jumlah petani kopi di Solok Selatan saat ini sebanyak 3.310 kepala keluarga. Sebanyak 2.794 KK menanam kopi jenis robusta dan 516 KK menanam arabika.
Joko menjelaskan, jenis kopi robusta lebih banyak dibudidayakan masyarakat setempat karena sesuai dengan iklim. Sementara itu, kopi arabika hanya bisa ditanam di beberapa lokasi karena harus memiliki ketinggian di atas 1.000 Mdpl.
Untuk mendorong pengembangan industri kopi di Solok Selatan, pemerintah setempat membangun sentra kopi di lokasi Balai Benih Induk (BBI) Golden Arm.