REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Varian omicron (B.1.1.529) dari SARS-CoV-2 telah terbukti menyebabkan gejala Covid-19 yang lebih ringan pada sebagian besar penderitanya. Itu jika dibandingkan dengan infeksi varian sebelumnya.
Sebuah studi baru yang diterbitkan di server pracetak bioRxiv, membahas alasan infeksi varian omicron menyebabkan penyakit ringan. Sejalan dengan itu, beberapa kandidat terapi menjanjikan telah diusulkan untuk pengobatan pasien yang terinfeksi varian omicron, dikutip dari News Medical, Jumat (28/1/2022).
Infeksi varian omicron
Salah satu cara tubuh manusia memerangi infeksi virus adalah melalui respons interferon (IFN). Terapi IFN menciptakan kondisi yang membatasi replikasi virus dan menargetkan antigen virus untuk dinetralisir oleh antibodi.
Saat terinfeksi SARS-CoV-2, inang akan mengeluarkan respons IFN. Varian delta secara efektif menghambat respons IFN sel inang, sebaliknya dengan varian omicron.
Saat ini, kekebalan yang diberikan vaksin Covid-19 bisa dibilang lemah dalam melindungi tubuh dari varian omicron. Meski begitu, varian omicron tampaknya kurang patogen dibandingkan dengan varian SARS-CoV-2 lainnya yang menjadi perhatian. Omicron juga tampak kurang mampu bereplikasi di saluran napas bawah.
Penelitian in vitro
Penelitian ini menggunakan satu isolat delta dan dua isolat omicron, yakni dari omicron 1 dan omicron 2. Garis sel usus Caco-2 dan garis sel paru-paru Calu-3 diinfeksi dengan isolat SARS-CoV-2 tersebut.
Titer penularannya ditentukan 24 jam pasca infeksi. Total sinyal transduser dan terfosforilasi serta tingkat aktivator transkripsi (STAT1) ditentukan melalui immunoblotting. Fosforilasi STAT1 adalah peristiwa penting selama pensinyalan IFN. Artinya, level STAT1 terfosforilasi tinggi menunjukkan peningkatan pensinyalan IFN.