REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua perempuan paruh baya yang baru pulih dari long Covid yang dialaminya, kini sudah kembali ke aktivitas sehari-hari yang hampir normal. Menurut sebuah laporan khusus baru-baru ini, mereka mengonsumsi antihistamin setiap hari.
Para peneliti mencatat, long Covid adalah kondisi kronis ketika pasien yang terinfeksi virus memiliki gejala persisten, yang melampaui kerangka waktu khas infeksi untuk sembuh. Tapi tidak ada perawatan berbasis bukti, untuk memandu cara mengatasinya.
“Sebagian besar pasien memberi tahu kami bahwa penyedia tidak merekomendasikan apa pun yang mungkin bisa membantu,” kata rekan penulis yang juga profesor di University of California Irvine Sue and Bill Gross School of Nursing, Melissa Pinto.
Laporan tersebut menjelaskan kasus pertama seorang wanita kulit putih berusia sekitar 40 tahun, dengan riwayat medis masa lalu fenomena Raynaud (suatu kondisi di mana ada penurunan aliran darah ke jari), sindrom ovarium polikistik (gangguan hormonal ovarium), dan alergi susu.
Menurut ScienceAlert, kemungkinan dia adalah salah satu orang pertama yang diketahui terinfeksi Covid-19 di Amerika Serikat. Dalam 72 jam setelah didiagnosis, perempuan yang juga merupakan petugas kesehatan itu, mengeluh kelelahan yang berat, malaise, dan sakit kepala.
Tidak hanya itu, gejala kemudian berkembang menjadi ruam yang menyebar di punggungnya satu pekan setelah gejala awalnya. Lalu dua bulan setelah diagnosisnya, dia mulai merasakan kabut otak dengan gejala yang kambuh, yang mendorong pemeriksaan komprehensif yang tidak terungkap.
Setelah secara tidak sengaja ia menelan keju di mana ia alergi terhadap keju, dia mengambil 50 mg antihistamin diphenhydramine. Secara tidak sengaja, ia merasakan kelegaan yang cukup besar dari kelelahannya yang tak kunjung hilang sebelumnya.
Dia mulai mengonsumsi itu tiga hari kemudian ketika gejalanya kembali, jadi dia terus meminumnya setiap hari selama enam bulan. Lalu dokternya menggantinya dengan 25 mg hidroksizin dengan instruksi untuk mentitrasinya sampai gejala sembuh.
Dia akhirnya meningkatkan hidroksizin ke 50 mg, dan melaporkan 90 persen tubuhnya kembali ke status fungsional dasar, yang telah bertahan lama tanpa kambuh lagi selama sembilan bulan hingga saat ini.
Laporan serupa juga datang dari kasus serupa seorang guru perempuan kulit putih setengah baya, yang memiliki riwayat medis masa lalu yang biasa-biasa saja. Namun ia memiliki asma dan alergi musiman yang dia obati dengan antihistamin fexofenadine.
Dilansir dari Foxnews, Senin (21/2/2022), dari dua kasus ini, masih banyak diperlukan penelitian yang mendalam, untuk menggeneralisasi ke populasi yang lebih besar. Mengingat itu hanya studi kasus pada dua pasien.
“Kemungkinan bahwa obat yang mudah diakses dan dijual bebas dapat meringankan beberapa gejala (covid panjang), seharusnya memberikan harapan bagi sekitar 54 juta orang di seluruh dunia yang telah berada dalam kesulitan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun,” ucap Pinto.