REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNSBURG -- Subvarian Omicron, BA.2 COVID-19, tampaknya lebih menular ketimbang subvarian BA.1. Namun, tidak menyebabkan penyakit menjadi lebih parah.
"Afrika Selatan melaporkan bahwa subvarian itu (BA.2) lebih menular dibanding varian BA.1, namun yang menarik dan yang menjadi kabar baik yakni tingkat keparahannya sepertinya sama," kata Ketua Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Afrika Dr John Nkengasong, dilansir reuters, Kamis (23/2/2022).
Afrika Selatan merupakan salah satu negara pertama yang menemukan varian Omicron, yang sejak saat itu menyebar ke seluruh dunia dan mendominasi sejumlah wilayah. Kendati Afrika Selatan berada di atas puncak gelombang Omicron, jumlah kasus harian mereka stabil di angka 3.000 kasus per hari.
"Level itu lebih rendah dibanding pada akhir gelombang infeksi COVID-19 sebelumnya.Kecenderungan itu mungkin terkait dengan subvarian BA.2," katanya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi versi omicron BA.2 lebih menular. Meskipun belum jelas apakah subvarian dapat menginfeksi kembali orang yang terkena versi sebelumnya dari strain omicron.
Pimpinan teknis Covid-19 WHO, Maria Van Kerkhove, mengatakan badan kesehatan global melacak empat versi omicron yang berbeda. Van Kerkhove mengatakan subvarian BA.2, yang lebih menular daripada versi BA.1 yang dominan saat ini, kemungkinan akan menjadi lebih umum.
“BA.2 lebih mudah menular daripada BA.1 sehingga kami berharap untuk melihat BA.2 meningkat dalam deteksi di seluruh dunia,” kata Van Kerkhove seperti dilansir dari laman CNBC.
WHO sedang memantau BA.2 untuk melihat apakah subvarian menyebabkan peningkatan infeksi baru di negara-negara yang mengalami peningkatan pesat. "Kemudian penurunan tajam dalam kasus omicron," ujar Van.