Kamis 03 Mar 2022 06:00 WIB

Huawei Beberkan Strategi Tingkatkan Akses Digital dan Netral Karbon

Konektivitas digital di masa depan perlu diupayakan untuk netral karbon.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Dwi Murdaningsih
Huawei
Foto: EPA
Huawei

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada gelaran Mobile World Congress (MWC) Barcelona 2022, Rotating Chairman Huawei Guo Ping menyampaikan rencana korporasi untuk melanjutkan strategi meningkatkan investasi pada teknologi dasar. Dalam sambutan daring, Guo menggarisbawahi ada dua hal yang menjadi tantangan sekaligus peluang terbesar yang dihadapi dunia saat ini, yaitu digitalisasi dan upaya untuk mewujudkan netralitas karbon.

Menurut berbagai prediksi, lebih dari 50 persen dari PDB global akan didigitalisasikan pada 2022. Seiring dengan perkembangan ekonomi digital global yang pesat, permintaan akan produk dan layanan digital telah jauh melampaui ekspektasi.

Baca Juga

Mengenai netralitas karbon, melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id pada Selasa (1/3/2022), Guo Ping mengungkapkan kepadatan konektivitas dan kekuatan komputasi menentukan kekuatan ekonomi digital. "Keduanya juga menjaga vitalitas jangka panjang. Maka dari itu, kita perlu mempertimbangkan dimensi baru dalam pengurangan karbon.”

Huawei saat ini menjalankan strategi “More Bits, Less Watts” dengan komitmen membuat produknya 2,7 kali lebih hemat energi melalui terobosan di berbagai bidang seperti teori, materi, dan algoritma. Melalui kemajuan seperti ini, industri TIK mampu membantu industri lain mengurangi jejak karbon mereka sendiri. Bahkan, pengurangan ini bisa mencapai 10 kali lipat besar dari jejak karbon dari industri TIK itu sendiri.

Tantangan pertumbuhan digital di Asia Pasifik 

Dengan adanya penataan di kawasan Asia Pasifik, Huawei memiliki tantangan pertumbuhan digital. Pertama, ketidakseimbangan antar negara.

Beberapa negara seperti Jepang, Korea, dan Singapura sangat terdepan dalam hal indeks teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Tetapi untuk beberapa negara lain seperti di Asia Selatan, perkembangan TIK juga masih memiliki banyak ruang untuk tumbuh.

“Jadi inilah ketidakseimbangan yang menjadi tantangan di wilayah kita. Bagaimana menangani pasar yang berbeda, bagaimana menjawab kebutuhan yang berbeda dari pasar yang berbeda dalam hal pengetahuan teknologi, dalam hal solusi, dalam hal skenario nyata. Ini adalah tantangan yang luas,” ujar Vice President Huawei Asia Pacific Jay Chen dalam Huawei Virtual Roundtable, Selasa (1//3/2022).

Tantangan kedua adalah kekurangan talenta TIK. Chen mengatakan tidak peduli seberapa berkembang atau tidak berkembangnya negara itu, memiliki talenta TIK adalah bagian dari strategi Huawei yang lain di kawasan ini.

“Kami membuat dan mengelola program yang dapat membantu pasar yang berbeda dan dapat bermitra dengan industri umum yang berbeda dan membantu  bagaimana mempromosikan talenta TIK untuk pertumbuhan wilayah tersebut,” katanya.

Khusus di Indonesia, Huawei berkomitmen untuk mengembangkan kompetensi talenta digital Indonesia, serta membangun konektivitas dan mendukung transformasi digital. Di bawah payung komitmen I Do Contribute, Huawei sejak 2020 berkomitmen untuk mampu memenuhi target memberikan pelatihan kepada 100.000 talenta digital hingga 2024 guna mendukung target pemerintah Indonesia dalam menyiapkan 600.000 talenta digital setiap tahunnya.

Bersama pemerintah, pendidikan tinggi, industri, dan komunitas, Huawei menyelenggarakan berbagai program antara lain Huawei ICT Academy, Huawei ICT Competition, Huawei Seeds for the Future, TechDay serta program pelatihan di bidang 5G, Cloud, AI, dan keamanan siber. Hingga akhir tahun 2021, Huawei telah berhasil melatih lebih dari 52 ribu talenta digital hanya dalam 14 bulan, lebih dari setengah dari target lima tahun.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement