Jumat 04 Mar 2022 10:33 WIB

Twitter Mulai Tampilkan Cek Fakta pada Cuitan

Cek fakta memungkinkan untuk meluruskan informasi yang salah di platform.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
Twitter. Pengguna Twitter di Amerika Serikat sekarang dapat melihat catatan crowd sourced atau urun daya di bawah tweet yang menyesatkan.
Foto: REUTERS
Twitter. Pengguna Twitter di Amerika Serikat sekarang dapat melihat catatan crowd sourced atau urun daya di bawah tweet yang menyesatkan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengguna Twitter di Amerika Serikat sekarang dapat melihat catatan crowd sourced atau urun daya di bawah tweet yang menyesatkan. Catatan tersebut merupakan bagian dari program yang disebut Birdwatch yang diluncurkan pada tahun 2021 oleh Twitter untuk mengatasi informasi yang salah di platform.

Birdwatch memungkinkan kontributor untuk menulis catatan konteks dan sumber di bawah tweet dan menilai apakah catatan itu bermanfaat. Program percontohan atau pilot program dengan 10 ribu kontributor telah berlangsung sejak tahun lalu, tetapi hanya terlihat di situs Birdwatch terpisah. Kini, beberapa pengguna Twitter akan melihat catatan langsung di bawah tweet dan dapat menilai kegunaannya.

Baca Juga

“Dengan memberdayakan orang untuk melakukan ini bersama, mereka dapat menambahkan konteks yang bermanfaat dan informatif bagi orang-orang dari berbagai sudut pandang,” kata Wakil Presiden Produk Twitter Keith Coleman.

Twitter telah menekankan pentingnya memiliki kontributor dari beragam sudut pandang yang tidak ditentukan oleh demografi tetapi oleh cara mereka menilai catatan sebelumnya. Catatan hanya muncul di bawah tweet jika dinilai bermanfaat oleh banyak kontributor dari perspektif yang berbeda.

Dilansir The Verge, Jumat (4/3), Twitter sedang meluncurkan Birdwatch ke lebih banyak orang. Upaya tersebut dapat membantu memberikan informasi yang benar bagi pengguna di platform. Sebuah survei menemukan orang-orang di seluruh spektrum politik menemukan catatan bermanfaat dan 20 hingga 40 persen lebih kecil kemungkinannya untuk setuju dengan tweet yang berpotensi menyesatkan.

Dengan pemeriksaan fakta crowdsourcing konten viral, Twitter meminta pengguna untuk bertindak dengan itikad baik agar membantu memerangi informasi yang salah di platform. Namun, data yang tersedia untuk publik oleh Twitter menunjukkan partisipasi rendah.

Sebuah analisis oleh The Washington Post pekan ini menemukan kontributor Birdwatch menandai hanya 43 tweet sehari pada 2022 sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari. Jumlah itu meningkat menjadi 156 tweet pada hari invasi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement