REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) memang hadir dengan bobot yang cukup berat. Sebab, EV harus menggendong baterai berukuran besar.
Hal ini pun jadi tantangan bagi industri bus listrik. Oleh karena itu, industri karoseri perlu melakukan pengembangan agar bisa menjawab tantangan tersebut.
Salah satu karoseri yang telah mengantisipasi pasar bus listrik adalah Laksana. Brand & Marketing Communication Manager Laksana, Candra Dewi mengatakan, saat ini Laksana telah berhasil memproduksi satu unit bus listrik.
Dari situ, ia pun mengungkap bahwa proses produksi bus listrik memiliki tantangan tersendiri. "Bus listrik membutuhkan body yang ringan sehingga bobot totalnya bisa ditekan," kata Candra Dewi kepada Republika.co.id beberapa waktu lalu.
Hal ini jadi hal yang krusial mengingat kendaraan listrik memang dikenal memiliki bobot yang cukup berat. Pada bus listrik, bobot pun jadi pertimbangan yang penting mengingat bus listrik membutuhkan baterai berukuran besar agar bisa memenuhi kebutuhan tenaga dan daya jelajah yang memadai.
"Oleh karena itu, kami menggunakan body dari bahan khusus. Bahan yang digunakan adalah high strenght stainless steel," ujarnya.
Dengan material tersebut, maka bus listrik rakitan Laksana hadir dengan bobot yang lebih ringan sekitar 2 ton. Lewat pengurangan bobot yang signifikan tersebut, maka bus listrik rakitan Laksana bisa hadir sebagai sarana transportasi umum yang efisien.
Lewat produk ini, ia juga menekankan bahwa hal ini sekaligus jadi bukti bahwa karoseri atau body builder dalam negeri telah mampu berkontribusi dalam pengembangan bus listrik. Oleh karena itu, Laksana berharap pengembangan bus listrik di Indonesia bisa selalu melibatkan perusahaan karoseri dalam negeri.