REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan energi negara Ukraina telah mengumumkan pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl dan semua fasilitas di zona eksklusi Chernobyl telah benar-benar terputus tanpa listrik.
Sebelumnya, Live Science melaporkan pasukan Rusia menyerang fasilitas nuklir yang tidak berfungsi pada hari pertama invasi (24 Februari 2022). Rusia merebutnya setelah pertempuran sengit dan menyandera sekitar 210 stafnya.
Sekarang, pembangkit telah terputus dari jaringan listrik. Sekitar 20 ribu unit bahan bakar nuklir bekas yang disimpan di tangki pendingin pembangkit tidak akan lagi menerima pendinginan aktif.
Pejabat Ukraina telah memperingatkan bahwa ini dapat meningkatkan kemungkinan penguapan dan pelepasan bahan nuklir. Selanjutnya, bisa melepaskan dampak dosis radioaktif yang berbahaya kepada personel pabrik.
Beberapa ahli energi nuklir sebelumnya telah memperingatkan bahwa lantaran balok bahan bakar bekas sekarang berusia 22 tahun dan jauh lebih dingin daripada sebelumnya, peristiwa ini tidak mungkin terjadi.
“Balok bahan bakar bekas berusia minimal 22 tahun. Mereka memiliki sedikit panas untuk dihilangkan,” kata Mark Nelson, direktur pelaksana Radiant Energy Fund, yang memberi nasihat kepada perusahaan dan organisasi nirlaba tentang energi nuklir menulis di Twitter, dilansir dari Sciencealert, Kamis (10/3/2022).
“Panasnya cukup rendah sehingga para ahli yang saya ajak bicara memperkirakan berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan untuk memanaskan air yang cukup untuk mengeringkan kolam. Meski begitu, sirkulasi udara alami harus cukup,” katanya.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan bahwa generator diesel cadangan pembangkit Chernobyl memiliki kapasitas 48 jam. Dia menyerukan gencatan senjata untuk memulihkan listrik.