Sabtu 23 Apr 2022 19:39 WIB

Lebih dari 7.000 Sekolah Terlibat Program Organisasi Penggerak pada 2021

Program Organsiasi Penggerak meningkatkan kompetensi sekolah di luar Jawa.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ratna Puspita
Ilustrasi. Pada 2021, Program Organisasi Penggerak (POP) yang merupakan bagian dari Merdeka Belajar telah melibatkan sekitar 7.000 sekolah dan tidak kurang dari 50.000 kepala sekolah, guru, dan pengawas.
Foto: Foto : MgRol_93
Ilustrasi. Pada 2021, Program Organisasi Penggerak (POP) yang merupakan bagian dari Merdeka Belajar telah melibatkan sekitar 7.000 sekolah dan tidak kurang dari 50.000 kepala sekolah, guru, dan pengawas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah meluncurkan Program Organisasi Penggerak (POP) yang merupakan bagian dari Merdeka Belajar pada 2020. Pada 2021, POP telah melibatkan sekitar 7.000 sekolah dan tidak kurang dari 50.000 kepala sekolah, guru, dan pengawas. 

"Ini merupakan bukti, gotong royong bisa dilakukan dan melalui program ini daerah-daerah sasaran yang selama ini sulit mendapatkan intervensi dari pemerintah justru melalui ormas-ormas POP dapat digapai," ujar Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek, Praptono, dalam siaran pers, Sabtu (23/4/2022). 

Baca Juga

Menurut Praptono, berkat para organisasi masyarakat (ormas) POP, sekolah-sekolah yang berada di daerah Papua, Papua Barat, Sulawesi, Kalimantan Utara, dan termasuk juga yang berada di Sumatra bisa mendapatkan program peningkatan kompetensi. Program yang dibawa pun merupakan program yang sudah teruji dengan praktik baik yang dilakukan oleh para ormas. 

Praptono mengungkapkan, tujuan POP dijalankan adalah dalam rangka perluasan praktik baik capaian hasil peningkatan belajar siswa dalam bidang literasi, numerasi, dan karakter. Hal itu sejalan dengan amanah yang diemban oleh Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim, yang merupakan arahan dari Presiden Joko Widodo bahwa pendidikan harus terlibat aktif dalam mempersiapkan SDM unggul. 

"Anak-anak kita akan berada di era di mana teknologi digital berkembang dengan sangat pesat. Dan untuk membekali generasi Indonesia ke depan maka anak-anak harus punya tiga kompetensi fundamental, yaitu kemampuan atau kompetensi literasi, numerasi, dan karakter," kata Praptono. 

Untuk itu, menurut Praptono, melalui semangat gotong royong Kemendikbudristek mengajak dan mengundang seluruh ormas melalui program POP untuk mereka menyajikan program-program unggulannya. Program itu, kata dia, lalu pihaknya evaluasi dengan tim asesor yang sudah siapkan, maka ormas yang terpilih itulah yang pihaknya ajak bekerja sama. 

"Untuk mendiseminasikan programnya kepada guru-guru, kepala sekolah, pengawas di sekolah-sekolah sasaran yang sudah dijalin kerja samanya oleh ormas dan dinas pendidikan di kabupaten serta provinsi," kata Praptono. 

Dalam pelaksanaan POP tahun 2021, Praptono menyampaikan apresiasi kepada pimpinan ormas POP karena tidak mudah menjalankan program tersebut dalam masa pandemi. Banyak kelengkapan organisasi yang harus diselesaikan bersama, mulai dari MoU hingga rencana pelaksanan program awal bulan April program harus mulai tapi akhirnya sekitar bulan September. 

"Saya kira dengan waktu empat bulan ini teman-teman di POP harus bekerja ekstra keras, apalagi pandemi Covid-19 belum selesai tapi anak-anak kita harus segera mendapatkan pelayanan yang terbaik melalui guru-guru yang berkualitas. Itulah sebabnya setelah berjibaku dengan sangat luar biasa akhirnya POP bisa dijalankan di tahun 2021," kata Praptono. 

Praptono menegaskan, POP bukan hanya program yang satu tahun selesai. Kemendikbudristek menyadari, empat bulan pelaksanaan merupakan waktu yang sangat tidak longgar bagi ormas. Namun tahun 2021 dipandang sebagai titik awal yang luar biasa karena di tahun itulah ormas sudah melatih para guru dan kepala sekolah. 

Dalam artian, kata dia, para guru dan kepala sekolah yang menjadi sasaran program POP sudah mendapatkan pembekalan dan sudah banyak guru-guru langsung mempraktikkan ilmu yang didapat dari para ormas pada para siswanya. Tantangan terberat dalam implementasi POP di tahun 2021, menurut Praptono adalah keterbatasan pelaksanaan tatap muka. 

"Keterbatasan ini menyebabkan para ormas harus bisa menjalankan programnya secara daring. Saya sangat mengapresiasi tim ormas yang menyiapkan betul modul-modul, perangkat ajar, yang bisa jadi desain awalnya disiapkan untuk pelatihan untuk luring," kata Praptono. 

Ketua Umum Forum Indonesia Menulis Kalimantan Barat, Fakhrul Arrazi, yang merupakan bagian dari organisasi POP dengan fokus program literasi dan karakter, mengungkapkan, dalam pelaksanaan mereka selenggarakan merupakan program menulis dan membaca cerdas. Kegiatan tersebut sudah mereka lakukan selama sembilan tahun, sejak 2013. 

"Dalam POP kami melibatkan 920 sekolah, dengan total 2.300 guru dan kepala sekolah di 14 kabupaten/kota," ungkap Fakhrul. 

Fakhrul mengungkapkan, memang banyak tantangan dalam pelaksanaan POP tahun 2021 karena dari 14 kabupaten kota sasaran ormas mereka delapan di antaranya merupakan daerah 3T. Peserta yang ikut intervensi lokasinya tidak hanya di ibu kota kabupaten dan kota, tetapi di daerah pelosok yang menjadi penyemangat untuk ikut serta. 

"Berbagai cara mereka lakukan untuk dapat ikut serta dalam program kami. Salah satu contoh, tanpa akses internet, karena kami melakukan kegiatan secara daring dan barulah di bagian akhir kami laksanakan luring," terang Fakhrul. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement