REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- President University (PresUniv) ikut memberikan sumbangan dalam menjembatani kesenjangan antara pengetahuan yang dipelajari mahasiswa di kampus. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim mengatakan, menjembatani kesenjangan tersebut merupakan salah satu tantangan utama yang dihadapi dunia pendidikan dalam upaya mewujudkan Indonesia yang lebih tangguh pada masa depan.
Nadiem yakin tantangan tersebut dapat segera diatasi dengan kolaborasi lintas sektor, seperti yang telah dilakukan oleh PresUniv. “Selama ini PresUniv sudah menjadikan industri di sekitar kampus sebagai tempat belajar bagi mahasiswa dan dosen, serta mendorong para praktisi dari berbagai perusahaan dan bidang usaha untuk menjadi sumber pengetahuan dan pengalaman,” ujarnya dalam keterangan resmi, Sabtu (30/4/2022).
Menurutnya, dengan cara seperti itu, PresUniv telah ikut serta membantu mewujudkan Indonesia yang lebih tangguh pada masa depan. Selain itu, Nadiem juga mengapresiasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang berjalan dengan baik di PresUniv.
“Progam MBKM bertujuan memberikan peluang bagi mahasiswa untuk mengembangkan potensi diri sesuai dengan minatnya masing-masing, salah satu kegiatan MBKM untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa ikut program magang,” kata dia.
PresUniv sudah menerapkan program magang sejak 2005. Program magang di PresUniv bersifat wajib dengan bobot Satuan Kredit Semester (SKS) yang tinggi, yakni mencapai sembilan SKS dan akan ditingkatkan lagi menjadi 15 SKS.
Sementara itu, pendiri PresUniv yang juga Chairman Group Jababeka, SD Darmono, berkisah tentang Kilas Balik 20 Tahun PresUniv. “Kalau biasanya justru mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang belajar ke berbagai kampus di luar negeri, PresUniv sebaliknya. Sejak awal kami justru sudah mendatangkan mahasiswa-mahasiswa asing untuk kuliah di PresUniv,“ kata dia.
Darmono menegaskan, sesuai UUD 1945, tugas PresUniv adalah mencerdaskan bangsa melalui jalur pendidikan. Menurutnya, pendidikan berperan penting dalam mengatasi kesenjangan sosial. “Di Indonesia, kesenjangan sosial bukan hanya terjadi pada kelompok the have and the have not, tetapi juga pada the know and the don’t know. Ada mereka yang mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, dan ada yang tidak. Ini membuat kesenjangan sosial menjadi semakin lebar,” kata dia.
Untuk membantu mengatasi kesenjangan tersebut, PresUniv memberikan beasiswa kepada mahasiswa-mahasiswa yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. “Kalau dihitung-hitung sejak awal beroperasi, beasiswa yang diberikan PresUniv mungkin sudah mencapai Rp 2 triliun. Memang tidak semuanya dalam bentuk tunai, tetapi ada yang in kind, seperti pemotongan biaya kuliah, biaya asrama, dan berbagai biaya lainnya,” kata dia.