Ahad 15 May 2022 14:38 WIB

Astronom Nantikan Hujan Meteor dari Sisa Komet yang Hancur 26 Tahun Lalu

Ilmuwan menantikan hujan meteor Tau Herculids dari hancurnya komet SW3.

Rep: mgrol136/ Red: Dwi Murdaningsih
Fragmen komet SW3 yang hancur pada tahun 1995.Fragmen komet ini mungkin akan menghasilkan hujan metaor akhir bulan ini.
Foto: nasa
Fragmen komet SW3 yang hancur pada tahun 1995.Fragmen komet ini mungkin akan menghasilkan hujan metaor akhir bulan ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah komet yang terbelah pada tahun 1995 dan mungkin masih terfragmentasi kemungkinan bisa menghasilkan tampilan hujan meteor yang singkat namun kuat pada tanggal 30-31 Mei 2022. Hal ini lantaran Bumi sedang melewati aliran partikel beku yang sangat padat yang ditinggalkan oleh komet pada tahun 1995, 1897, dan 1892.

Jika itu terjadi, diperkirakan akan terjadi tampilan meteor yang spektakuler. Tau Herculids adalah hujan meteor. 73P/Schwassmann-Wachmann 3, atau SW3 merupakan komet induknya. 

Baca Juga

Komet ini ditemukan pada tahun 1930 oleh para astronom. Setiap 5,4 tahun, komet ini mengelilingi matahari. Pada bulan Juli dan Agustus 2022, komet akan terlihat di langit malam kita sekali lagi. 

Pada tahun 1995, para astronom mengamati saat komet ini mulai pecah dan meninggalkan puing-puing yang semakin banyak di orbitnya. Itu sebabnya, menurut beberapa perkiraan baru, hujan meteor Tau Herculid yang dihasilkan oleh SW3, mungkin cukup spektakuler pada Mei 2022. 

Kantor Lingkungan Meteoroid NASA dipimpin oleh Bill Cooke mengatakan bahwa jika puing-puing dari SW3 melaju lebih dari 220 mil per jam (354 kph) saat terpisah dari komet, kita mungkin melihat hujan meteor yang bagus. "Jika puing-puing itu memiliki kecepatan ejeksi yang lebih lambat, maka tidak ada yang akan sampai ke Bumi dan tidak akan ada meteor dari komet ini.”

Sebuah komet yang retak

Sebelum temuan komet SW3, Arnold Schwassmann dan Arno Arthur Wachmann dari Observatorium Hamburg menemukan dua komet (SW1 pada tahun 1927 dan SW2 pada tahun 1929) saat melakukan pencarian fotografi untuk asteroid, atau planet minor.

Pada 2 Mei 1930, mereka menemukan SW3. Meskipun orbitnya yang relatif singkat mengelilingi matahari, komet tidak terlihat lagi sampai tahun 1979, setelah penampakan pertamanya pada tahun 1930. SW3 dilewatkan oleh para astronom karena para astronom menatap ke arah yang salah di langit. 

Karena banyak komet yang lewat dekat Jupiter, prediksi orbit mereka salah. Orbit komet berubah oleh pertemuan dekatnya dengan Jupiter. Para astronom telah menangkapnya setiap kali kembali di dekat matahari sejak 1979, dengan pengecualian 1985.

Pada tahun 1995, kecerahan komet SW3 meningkat sekitar 7 magnitudo. Dengan kata lain, komet menjadi 600 kali lebih terang dalam semalam.

Pengamat yang menggunakan teleskop mencatat bahwa nukleus atau inti, dari SW3 telah terbelah menjadi beberapa bagian sebulan setelah ledakan. Mereka akhirnya menemukan bahwa komet itu terbelah menjadi empat bagian, dengan dua di antaranya hancur dan dua lainnya tetap mengorbit mengelilingi matahari.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement