REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Intermittent fasting merupakan sebuah tren diet populer yang mengatur waktu puasa dan makan di jam-jam tertentu. Metode ini ternyata dapat membantu tubuh melawan kanker.
Seseorang yang menjalani diet intermittent fasting hanya diperbolehkan untuk makan pada waktu jendela makan yang sudah ditentukan. Selebihnya, dia harus berpuasa dari berbagai asupan berkalori namun masih bisa meminum minuman rendah atau tanpa kalori.
Salah satu metode intermittent fasting yang populer adalah 16/8. Orang-orang yang menerapkan metode ini harus berpuasa selama 16 jam dan memiliki jendela makan selama delapan jam dalam sehari.
Puasa dalam intermittent fasting ternyata dapat mencegah atau memperlambat pertumbuhan kanker. Alasannya, puasa dapat memicu regenerasi sistem imun serta menurunkan jumlah glukosa yang diproduksi tubuh. Selain itu, puasa juga dapat meningkatkan produksi sel-sel yang membersihkan atau menghancurkan sel kanker.
Seperti diketahui, gula, makanan olahan, dan makan terus-menerus merupakan beberapa faktor gaya hidup yang berkontribusi terhadap kanker. Menjalani intermittent fasting memungkinkan seseorang untuk meminimalisasi ketiga faktor tersebut.
Ahli puasa dan ahli nefrologi Dr Jason Fung mengatakan, ketika tubuh memasuki zona "tanpa makanan", tubuh akan mulai memasuki fase pembersihan diri bernama autofagi. Untuk bisa mencapai tahap autofagi, tubuh perlu melakukan puasa selama 16 jam atau lebih.
Menurut Dr Fung, tubuh membutuhkan autofagi karena fasi ini merupakan langkah awal dari proses rejuvenasi untuk menyingkirkan sel-sel lama. Seperti dilansir Health Digest, Selasa (24/5/2022), situasi ini akan memungkinkan sel-sel baru muncul dan menggantikan sel-sel lama.
Sebagai tambahan, Dr Fung mengatakan beberapa studi menunjukkan bahwa autofagi dapat memperlambat dan mungkin mencegah kanker. Hanya saja, sebuah studi mengindikasikan bahwa autofagi dapat memberikan efek yang berlawanan pada kanker stadium lanjut.