Kamis 20 Jun 2024 08:47 WIB

Manfaat Puasa Intermiten, Benarkah Bisa Kalahkan Kanker?

Peneliti menemukan hubungan yang menarik antara puasa dan sistem kekebalan tubuh.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Puasa intermiten (ilustrasi). Sebuah studi baru menemukan bahwa intermittent fasting atau puasa intermiten dapat meningkatkan kemampuan alami tubuh untuk mengalahkan kanker.
Foto: Republika/Mardiah
Puasa intermiten (ilustrasi). Sebuah studi baru menemukan bahwa intermittent fasting atau puasa intermiten dapat meningkatkan kemampuan alami tubuh untuk mengalahkan kanker.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebuah studi baru menemukan bahwa intermittent fasting atau puasa intermiten dapat meningkatkan kemampuan alami tubuh untuk mengalahkan kanker. Para peneliti dari Memorial Sloan Kettering Cancer Center (MSK) telah menemukan hubungan yang menarik antara puasa dan sistem kekebalan tubuh.

Baca Juga

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Immunity, berfokus pada jenis sel kekebalan tertentu yang disebut sel pembunuh alami (natural killer/NK). Sel-sel ini seperti pasukan khusus dari sistem kekebalan tubuh, yang mampu membasmi sel kanker dan sel yang terinfeksi virus tanpa perlu terpapar sebelumnya.

Sel NK sangat penting dalam melawan tumor kanker. Secara umum, semakin banyak sel NK yang dimiliki dalam tumor, semakin besar peluang tubuh untuk mengalahkan penyakit tersebut. Namun, ada satu hal yang perlu diperhatikan yaitu lingkungan di dalam dan sekitar tumor sangat keras. Ini seperti medan perang di mana sumber daya langka, dan banyak sel kekebalan yang berjuang untuk bertahan hidup.

Di sinilah intermittent fasting berperan. Para peneliti menemukan bahwa periode puasa intermiten sebenarnya memprogram ulang sel-sel NK ini, membuat mereka lebih siap untuk bertahan hidup di lingkungan tumor yang berbahaya dan lebih efektif dalam melawan kanker.

“Tumor sangat lapar. Mereka menyerap nutrisi penting, menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat yang merugikan sebagian besar sel imun. Apa yang kami tunjukan di sini adalah bahwa puasa intermiten bisa memprogram ulang sel NK agar dapat bertahan hidup lebih baik,” kata penulis studi yang merupakan ahli imunologi Joseph Sun, seperti dilansir Study Finds, Kamis (20/6/2024).

Penelitian yang dilakukan pada tikus dengan tidak memberikan makanan selama 24 jam dua kali sepekan, dengan makanan normal di antaranya. Pendekatan puasa intermiten ini memiliki beberapa efek yang cukup luar biasa pada sel NK.

Pertama, puasa menyebabkan kadar glukosa tikus turun dan kadar asam lemak bebasnya meningkat. Asam lemak bebas adalah jenis lipid (lemak) yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif ketika nutrisi lain langka. Sel-sel NK belajar untuk menggunakan asam lemak ini sebagai bahan bakar, bukan glukosa, yang biasanya merupakan sumber energi utama mereka.

Puasa juga menyebabkan sel-sel NK bergerak di seluruh tubuh dengan cara yang menarik. Banyak dari mereka melakukan perjalanan ke sumsum tulang, di mana mereka terpapar protein tingkat tinggi yang disebut Interleukin-12. Paparan ini memicu sel NK untuk memproduksi lebih banyak protein lain yang disebut Interferon-gamma, yang berperan penting dalam melawan tumor.

Sementara itu, sel NK di limpa mengalami transformasi mereka sendiri, menjadi lebih baik dalam menggunakan lipid sebagai bahan bakar. Hasilnya, sel NK telah dipersiapkan untuk menghasilkan lebih banyak zat yang melawan kanker dan lebih siap untuk bertahan hidup di lingkungan tumor yang keras.

Menurut Mayo Clinic, intermittent fasting berarti seseorang tidak makan untuk jangka waktu tertentu setiap hari atau pekan. Beberapa pendekatan populer untuk puasa intermiten meliputi puasa selang-seling, serta makan secara normal pada suatu hari dan berpuasa total atau makan dengan porsi kecil (kurang dari 500 kalori) keesokan harinya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement