Senin 18 Jul 2022 09:23 WIB

Kembali PTM 100 Persen, Guru Diimbau Terapkan Asesmen Diagnostik

Kemendikbudristek mengimbau kepada para guru untuk mengenali kemampuan setiap siswa.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Andi Nur Aminah
Direktur Pembinaan PAUD Kemendikbu, Dr. Muhammad Hasbi
Foto: doc kemendikbud
Direktur Pembinaan PAUD Kemendikbu, Dr. Muhammad Hasbi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong satuan pendidikan melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen untuk mengejar ketertinggalan siswa selama masa pandemi Covid-19. Dalam prosesnya, Kemendikbudristek mengimbau kepada para guru untuk mengenali kemampuan setiap siswa melalui asesmen diagnostik.

"Guru perlu melakukan asesmen diagnostik kepada semua peserta didik. Jadi, saat PTM, guru bisa menerapkan pembelajaran berbasis kemampuan murid," ujar Direktur Sekolah Dasar Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek, Muhammad Hasbi, lewat keterangannya, Senin (18/7/2022).

Baca Juga

Dia mengatakan, hal itu menjadi penting dilakukan karena selama masa pandemi Covid-19 peserta didik belajar dengan cara yang berbeda-beda sehingga level kemampuannya beragam. Menurut Hasbi, asesmen diagnostik merupakan sebuah asesmen yang dilakukan secara spesifik untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, kelemahan siswa, sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi siswa.

Penerapan asesmen diagnostik itu, Hasbi mengatakan, telah sejalan dengan upaya Kemendikburistek dengan memperkenalkan sebuah kurikulum yang disebut Kurikulum Merdeka. "Kurikulum Merdeka ini memiliki sejarah yang panjang di mana pada awal pandemi, Kemendikbudristek melakukan penyesuaian terhadap Kurikulum 2013 yang kemudian melahirkan Kurikulum Darurat," jelas dia.

Hasbi menjelaskan, pandemi Covid-19 membatasi aktivitas manusia sehingga berdampak terhadap banyak bidang, termasuk pendidikan. Hal itu menyebabkan terjadinya learning loss atau kehilangan pembelajaran sehingga memicu menurunnya capaian belajar. Dari hasil penelitian yang pihaknya lakukan, Kurikulum Darurat mampu mengatasi kehilangan pembelajaran yang terjadi di satuan pendidikan.

"Karena itu, kurikulum ini kita sempurnakan menjadi Kurikulum Merdeka yang menjadi amunisi bagi pemerintah untuk melakukan pemulihan pembelajaran di masa pandemi Covid-19. PTM masih menjadi yang paling efektif dibandingkan dengan sistem lain, misalnya Pembelajaran Jarak Jauh. Ini adalah strategi utama kami untuk membawa kembali siswa ke sekolah," terang Hasbi.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement