Ahad 28 Aug 2022 06:16 WIB

Ibrah dan Hikmah di dalam Kisah

Ibrah dan Hikmah di dalam Kisah

Rep: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)/ Red: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)
Ibrah dan Hikmah di dalam Kisah - Suara Muhammadiyah
Ibrah dan Hikmah di dalam Kisah - Suara Muhammadiyah

Judul               : Tokoh Antagonis dalam Kisah Al-Qur’an

Penulis             : Muhammad Hasnan Nahar

Penerbit           : Suara Muhammadiyah

Cetakan           : I, Juni 2022

Tebal, ukuran  : xvi + 152 hlm, 14 x 21 cm

ISBN               : 978-623-5303-03-1

 

Firman Allah, “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pembelajaran bagi orang-orang yang berakal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum beriman” (QS. Yusuf: 111). Dalam ayat lain, “Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir” (QS. Al A’raf: 176). Di ayat berbeda, “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang beriman” (QS. Huud: 120).

Manna’ al-Qatthan dalam Mabahis fi Ulum Al-Quran menyebut tiga jenis kisah dalam Al-Quran. Pertama, kisah-kisah tentang Nabi terdahulu, yang mencakup tentang dakwah dan penentang dakwah mereka, serta mukjizat yang Allah berikan kepada mereka. Kedua, kisah-kisah yang menceritakan peristiwa dan tokoh selain Nabi. Seperti kisah perawan suci Maryam yang melahirkan Nabi Isa. Ketiga, kisah-kisah peristiwa pada masa Nabi, semisal tentang Perang Badar dan Perang Uhud atau tokoh seperti dalam surat Abasa.

Kisah-kisah dalam Al-Qur’an menjadi bukti kesesuaian ajaran Qur’an dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi sebelumnya. Kisah tersebut juga memantapkan hati Nabi dan umatnya ketika menghadapi situasi sulit. Bagi orang beriman, kisah-kisah dalam Al-Qur’an memberi pelajaran dan mengingatkan mereka kepada Allah. Kisah-kisah dalam Al-Qur’an menjelaskan maksud dan tujuan yang beragam, sehingga kadang suatu cerita diulang kembali di tempat berbeda.

Kisah atau cerita terbukti menjadi media pembelajaran dan pembentukan karakter bagi seseorang, terlebih bagi seorang anak. Setiap kisah memperkenalkan para tokoh dengan beragam sifat dan watak, serta aneka situasi yang dihadapinya.  Kisah-kisah tersebut membentuk cara berpikir, membangun imajinasi, dan bahkan mengenalkan latar budaya berbeda. Hal ini berguna dalam membuka wawasan dan meluaskan cara pandang seseorang, tanpa merasa digurui atau dihakimi.

Setiap kisah memiliki tokoh, sebagai pelaku dalam suatu cerita. Para tokoh ini terbagi menjadi tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis biasanya memerankan sikap baik dan positif, menonjolkan karakter seperti rendah hati, berani, dermawan, jujur, tidak sombong, sabar, setia kawan, suka menolong. Sebaliknya, tokoh antagonis menjadi penentang, yang berkarakter jahat dan melawan tokoh baik. Antagonis misalnya memiliki karakter bengis, pendendam, sombong, dengki, iri, suka pamer, zalim.

Buku ini menjabarkan tentang kisah-kisah antagonis dalam Al-Qur’an, yang berguna supaya pembaca mengambil hikmah dan tidak meniru perilaku tercela dari para tokoh antagonis yang diterangkan. Buku ini mengingatkan kita bahwa semua manusia berpotensi untuk berbuat dosa dan khilaf. Manusia yang baik adalah yang menyadari dan mengakui kesalahannya, lalu bertaubat dan memohon ampun kepada Allah. Jika keburukan itu terkait dengan manusia, maka harus juga memohon maaf kepada yang bersangkutan.

Hasnan Nahar mengelompokkan tokoh antagonis dalam Al-Qur’an menjadi tiga. Pertama, dari kalangan raja, di dalamnya ada Namrud yang sombong (QS Al-Baqarah: 258), Fir’aun yang berbuat kerusakan (QS Al-Qashash: 4), Jalut yang melakukan penindasan (QS Al-Baqarah: 246). Kedua, dari kalangan birokrat, seperti Qarun yang takabur dengan hartanya, Haman yang menghalangi dakwah Musa. Ketiga, dari kalangan keluarga Nabi, seperti Qabil yang membunuh Habil, Imra’ah Nuh dan Kan’an, Imra’ah Luth, Abu Lahab dan Ummu Jamil. (Ribas)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan suaramuhammadiyah.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab suaramuhammadiyah.id.
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement