Kamis 22 Sep 2022 02:51 WIB

Pandemi Berakhir? Covid-19 Diprediksi akan Jadi Penyebab Kematian Tertinggi di AS

Covid-19 diprediksi tetap masuk 10 besar penyebab kematian terbanyak di AS.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Pencegahan Covid-19 (ilustrasi). Belakangan, masih ada sekitar 500 kasus kematian per hari akibat Covid-19 di AS.
Foto: www.pixabay.com
Pencegahan Covid-19 (ilustrasi). Belakangan, masih ada sekitar 500 kasus kematian per hari akibat Covid-19 di AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyatakan bahwa pandemi Covid-19 telah berakhir. Pernyataan ini memicu kontroversi mengingat masih ada sekitar 500 kasus kematian per hari akibat Covid-19 di AS.

"Baik kita menyebutnya pandemi atau bukan, (Covid-19) masih menjadi ancaman yang penting bagi masyarakat," jelas Dr Bob Wacther dari University of California, seperti dilansir NBC News, Rabu (21/9/2022).

Baca Juga

Per 2020, Covid-19 telah menjadi penyebab kematian terbesar ketiga di AS, setelah penyakit jantung dan kanker, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Hal serupa juga masih berlaku pada tahun lalu.

Sejak April 2022, data CDC menunjukkan bahwa rerata kasus kematian Covid-19 di AS adalah 300-500 per hari. Bila tren ini terus berlangsung, jumlah kasus kematian akibat Covid-19 di AS bisa mencapai 113-188 ribu kasus per tahun.

Jumlah tersebut setara dengan jumlah kematian akibat penyakit Alzheimer, penyakit pernapasan bawah kronis, dan strok. Dr Wacther juga memprediksi bahwa Covid-19 akan menjadi salah satu dari 10 besar penyebab kematian terbanyak di AS untuk waktu yang lama, dan mungkin untuk selamanya.

"Karena kita telah mengetahui bagaimana caranya kita hidup berdampingan dengan penyakit ini selamanya, merupakan hal yang masuk akal untuk mengontekstualisasikan (Covid-19) sebagai salah satu penyakit yang harus dihadapi warga Amerika," jelas Dr Leana Wen dari George Washington University.

Prediksi yang akan datang

Banyak ahli yang berharap bahwa kasus kematian akibat Covid-19 bisa menurun di AS seiring berjalannya waktu. Model kematian Covid-19 yang dikembangkan oleh University of Washington juga memprediksi akan ada penurunan kasus kematian dalam kurun waktu dua bulan ke depan.

Jumlah kematian akibat Covid-19 juga bisa menurun bila rumah sakit berhenti melakukan pengetesan Covid-19 pada pasien. Menurut Dr Wacther, kematian pasien positif Covid-19 yang dirawat dan meninggal di rumah sakit karena penyakit lain juga termasuk ke dalam jumlah kematian akibat Covid-19.

"Saya tahu bahwa sebagian dari kematian ini adalah (kematian) 'dengan' (Covid-19) alih-alih 'akibat' Covid-19," kata Dr Wacther.

Model yang dikembangkan oleh Institute for Health Metrics and Evaluation juga menemukan bahwa angka kematian Covid-19 bisa menurun bila 80 persen masyarakat menggunakan masker di ruang publik. Tak hanya itu, penurunan jumlah kematian yang signifikan juga dapat terjadi bila ada lebih banyak masyarakat yang mendapatkan vaksin dan booster.

Benarkah pandemi berakhir?

Banyak ahli kesehatan berpendapat bahwa saat ini merupakan waktu yang tepat atau hampir tepat untuk mendeklarasikan akhir dari pandemi. Salah satu hal yang menjadi pertimbangan adalah sudah menyebar luasnya vaksin dan opsi pengobatan untuk Covid-19.

Selain itu, sejauh ini tak ada varian baru yang mendominasi omicron sejak Desember tahun lalu. Di saat yang sama, kasus dan jumlah kematian Covid-19 tampak stabil dalam beberapa bulan ke belakang.

Dr Wacther meyakini bahwa AS kini sudah mencapai tahap stabilitas yang baru terkait kasus Covid-19. Oleh karena itu, Dr Wacther menilai bukan hal yang bijak bila masih menyebut situasi ini sebagai pandemi hanya untuk menakut-nakuti masyarakat.

"Itu tampak tidak benar menurut saya," ungkap Dr Wacther.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement