Rabu 28 Sep 2022 17:01 WIB

Graduation Batch XI IFI Lahirkan Ahli Fesyen

IFI menopang Indonesia menjadi kiblat pusat busana muslim dunia.

Penampilan rancangan busana muslim dari 15 mahasiswa asal New Zealand yang telah belajar modest fashion moslem di Islamic Fashion Institute (IFI) saat fashion show bertajuk Parisj van Java acara Graduations Batch XI, di Hotel Savoy Homann, Kota Bandung, Selasa (27/9). Sejak IFI berdiri pada tahun 2015 telah meluluskan 300 lebih lulusan yang sekarang bergerak di bidang bisnis fashion moslem.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Penampilan rancangan busana muslim dari 15 mahasiswa asal New Zealand yang telah belajar modest fashion moslem di Islamic Fashion Institute (IFI) saat fashion show bertajuk Parisj van Java acara Graduations Batch XI, di Hotel Savoy Homann, Kota Bandung, Selasa (27/9). Sejak IFI berdiri pada tahun 2015 telah meluluskan 300 lebih lulusan yang sekarang bergerak di bidang bisnis fashion moslem.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Berdasarkan buku berjudul Vereeniging Toeristen Verkeer Batavia (1908-1942), awal Turisme Modern di Hindia Belanda karya Achamd Sunjayadi (2007), diketahui julukan Paris van Java berkaitan erat dengan perkembangan pariwisata di Hindia Belanda. Melalui wisata, mereka ingin menunjukkan kemajuan yang dibuat di negeri jajahan pada dunia, sekaligus menambah pemasukan baru.

Mereka menjuluki kota-kota di Indonesia dengan nama-nama tempat yang populer di Eropa. Hindia-Belanda juga mengikuti pameran pariwisata di sejumlah negara yang semakin membumikan julukan tersebut. Misalnya di London (1851, 1862), Paris (1855, 1867, 1878, 1889, 1900), Wina (1873), dan utamanya di Exposition Universelle di Paris (1889) yang menampilkan Le Village Javanais (Kampung Jawa) dengan pertunjukan kesenian Sunda.

Bandung sebagai Paris-nya Pulau Jawa muncul karena menjadi pusat gaya busana. Saat itu, gaya fesyen Bandung sangat Paris. Era 1900 terdapat satu toko bernama Aud di Jalan Braga. Toko tersebut adalah tempat warga Bandung yang ingin tampil kekinian. Tahun 1913, Aug berganti nama jadi Au Bon Marche Modemagazijn dari Bahasa Perancis.

Model busana terbaru dari Paris akan selalu dipajang di toko ini. Tidak hanya itu, arsitektur di Bandung menerapkan art deco sebagai acuan pembangunan gedung yang sangat mirip dengan Paris. Salah satu contoh yang bisa dilihat adalah Gedung Hotel Preanger dan Hotel Savoy Homann.

Dimulai dari orang-orang Belanda di masa kolonial, julukan Kota Bandung sebagai Paris van Java kemudian terus diwariskan turun-temurun, hingga sekarang menjelma menjadi pusat wisata di Jawa.

Paris van Java menjadi tema utama Fashion Show yang dipersembahkan para Graduaters Islamic Fashion Institute (IFI) di acara Graduations (Haflatu At-Takhorruj) Batch XI, Selasa (27/9). Acara yang dihadiri juga oleh Direktur Pengembangan Produk Ekspor, Kementerian Perdagangan RI, Dr Miftah Farid, berlangsung di Hotel Savoy Homman, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung.

Jumlah graduaters yang diwisuda sebanyak 16 orang. Pada kesempatan ini, IFI juga akan menampilkan karya dari 15 mahasiswa asing yang ikut serta dalam program Modest Fashion Fundamental’, hasil kerja sama IFI dan Giles Brooker Group.

Pada lulusan kali ini, IFI memberikan penghargaan dengan kategori The Best Stylist (Fathya Azzahra), The Best Presentation (Tsaltsa Isrina Bsy), The Best Design For Zero Waste (Diazty Revina Magfirani), The Best Performance (Siti Wahyu Hardianti), dan The Best Student (Nurhikmah Ramli). Sementara untuk mahasiswa asing diberikan penghargaan The Best Design, The Best Sewing, dan beberapa kategori lainnya.

Manajer IFI Hanni Haerani mengatakan, graduation kali ini berbeda dengan biasanya. Kali ini, IFI bukan hanya meluluskan pelajar dari Batch XI, tetapi juga mempersembahkan koleksi rancangan dari mahasiswa asing asal New Zealand. Mahasiswa asal New Zealand itu telah belajar tentang modest fashion moslem di IFI selama enam minggu.

Karya-karya ini menjadi satu kebanggaan bagi IFI. Melalui program ini, IFI ingin menyampaikan bahwa Indonesia siap menjadi pusat benchmark dan kajian busana muslim dunia. Indonesia siap menerima mahasiswa dan pelajar asing untuk belajar di IFI.

Upaya IFI ini tentu akan memicu multiflier effect pada sector wisata daerah, promosi kain tradisional, budaya daerah, tekstil dan keanekaragaman kuliner. Dengan waktu kunjung yang lebih dari sepekan, dan tidak hanya saat weekend, tentu akan menambah keuntungan bagi daerah.

Harapannya, kurikulum IFI dapat dijadikan referensi bagi kampus-kampus di Indonesia untuk dijadikan standar kurikulum. Dengan demikian, para mahasiswa luar dapat belajar di kampus manapun dan mendapatkan kurikulum yang sama.

Saat ini, lanjut Hanni, IFI mengembangkan Community Class. Community Class IFI terdiri dari mahasiswa yang berlatar belakang pebisnis busana muslim. Mereka sengaja mengikuti Community Class untuk menambah wawasan tentang fashion design.

Untuk diketahui, IFI berdiri pada 2015 dengan tiga founder. Yakni Irna Mutiara, Deden Siswanto dan Nuniek Mawardi. Para instruktur IFI terdiri atas para dosen yang berpengalaman di bidangnya masing-masing. IFI sudah meluluskan 300 lebih lulusan yang sekarang bergerak di bidang bisnis fesyen muslim.

Salah satu founder IFI Irna Mutiara mengatakan, dengan adanya karya mahasiswa dari New Zeland di wisuda kali ini, menunjukkan bahwa busana muslim bukan hanya milik Indonesia. Negara-negara lain juga sudah mulai tertarik mempelajari modest fashion.

Sebelum kedatangan mahasiswa dari New Zealand, ada juga mahasiswa dari Korea, Australia, dan Jepang yang sempat belajar di IFI,’’ ujarnya. Pihaknya menargetkan IFI bisa lebih besar dan mampu mendukung Indonesia sebagai kiblat pusat busana muslim dunia.

Hal senada juga diungkapkan founder IFI Nuniek Mawardi. ‘’Cita-cita kami sederhana, yakni ingin selaras dengan pemerintah dan meyakinkan bahwa Indonesia siap jadi pusat busana muslim dunia,’’ ujarnya.

Tentang IFI

Islamic Fashion Institute (IFI) didirikan dan diawasi oleh 3 desainer ternama Indonesia, yaitu Irna Mutiara, Nuniek Mawardi, dan Deden Siswanto sejak tahun 2015. IFI merupakan sekolah busana muslim pertama di Indonesia yang mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), dengan tetap berpegang pada kaidah dan prinsip Islam.

Kurikulum IFI dirancang agar dapat diimplementasikan ke dalam pengajaran desain busana muslim, keterampilan sosial, serta aspek ketajaman bisnis busana muslim. IFl diharapkan dapat mendidik dan mempersiapkan calon perancang busana muslim, fashionpreneur, dan pemilik jenama busana muslim berbakat masa depan yang memiliki kompetensi hard dan soft skills seperti kecerdasan emosional, intelektual, dan moral.

Dari tahun ke tahun, jumlah mahasiswa yang ingin bergabung dengan IFI terus meningkat, seiring minat masyarakat untuk mempelajari keterampilan dan pengetahuan busana muslim yang semakin besar.

Visi dan misi IFI, yakni untuk mengembangkan bakat-bakat baru di dunia industri fesyen muslim. Selain itu, IFI telah mengumpulkan beberapa kemitraan dan kolaborasi internasional. Hal ini mendorong IFI untuk terus berkembang menjadi pusat pendidikan busana muslim yang membimbing mahasiswa untuk menjadi praktisi dan perancang busana muslim yang kompetitif dan kreatif.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement