REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR RI, Helmy Faishal Zaini meminta kepada pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) untuk mengusut secara tuntas kasus penembakan terhadap Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Amerika Serikat (AS), Novita Kurnia Putri (25 tahun).
"Kami mendorong Pemerintah RI melalui Kemenlu untuk melakukan langkah strategis dalam rangka mengusut tuntas peristiwa penembakan ini. Ini penting sebagai bagian dari tanggungjawab negara terhadap jiwa rakyatnya. Nagara harus hadir dalam menjamin keselamatan setiap warganya," ujar Helmy dalam keterangan tertulis yang diterima //Republika.co.id//, Rabu (12/10/2022).
Mantan Sekjen PBNU ini mengecam keras tindakan kriminal berupa penembakan yang dilakukan oleh dua orang remaja yang kini sudah ditangkap pihak kepolisian setempat. Helmy meminta kepada pihak kepolisian untuk melakukan investigasi menyeluruh.
"Meminta kapada pihak keamanan terkait untuk melakukan investigasi menyeluruh terkait peristiwa penembakan tersebut. Sekaligus memberi sanksi dan hukuman terhadap pelaku dan pihak-pihak yang memiliki sangkut paut dengan kejadian dan peristiwa tersebut," ucapnya.
Di samping itu, menurut Helmy, Komisi I DPR RI juga mendorong Kemenlu untuk aktif melakukan upaya pelayanan dan pendampingan kepada WNI, khususnya terkait peristiwa penembakan yang menimpa Novita Kurnia Putri ini. Menurut dia, hal ini penting sebagai bentuk pelayanan dan komitmen dan tanggungjawab kita bersama.
"Kami juga mengimbau pada seluruh WNI yang berada di AS untuk tetap bersikap proposrsional serta tidak terprovokasi sehingga melakukan hal-hal di luar koridor hukum yang berlaku. Tetap tenang, kita percayakan proses pengusutan oleh pihak yang berwajib dan otoritas yang berwenang," kata Ketua Islam Nusantara Foundation ini.
Pada Selasa (4/10/2022) lalu, Novita Kurnia Putri ditembak di rumahnya di San Antonio, Texas. Korban tewas seketika akibat terkena ratusan peluru yang menurut informasi dari media lokal pelaku salah sasaran. Sherrif Bexar County, Javier Salazar menyatakan bahwa pelaku dua orang remaja berusia 14 dan 15 tahun sudah ditangkap oleh pihak kepolisian setempat.