REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Subvarian baru SARS-CoV-2 terdeteksi lebih mampu mengalahkan sistem kekebalan tubuh. Subvarian yang dijuluki XBB itu diyakini menyebar dengan cepat di Singapura.
Sejauh ini, sudah lebih dari 17 negara, termasuk Denmark dan Australia, yang melaporkan infeksi XBB. Berdasarkan laporan The Independent, kasus Covid-19 di Singapura meningkat lebih dari dua kali lipat dari 4.719 pada 10 Oktober menjadi 11.732.
Petugas medis meyakini subvarian XBB bertanggung jawab atas peningkatan kasus yang cepat. Kasus telah meningkat secara global belakangan ini, saat bulan-bulan musim dingin mendekat. Bahkan, hal ini mendorong peningkatan masalah pernapasan.
Data terbaru di Inggris mengungkap bahwa hanya dalam satu pekan, kasus naik lebih dari 30 persen. Belum jelas apakah subvarian XBB alias BA.2.10 yang merupakan evolusi dari strain subvarian BA.2 omicron itu telah sampai ke Inggris, tetapi petugas medis telah memperingatkan tingkat keparahan gejalanya.
Pakar kesehatan masyarakat di Johns Hopkins Center for Health Security, Amesh Adalja, mengatakan XBB kemungkinan merupakan subvarian yang paling mampu menghindari sistem kekebalan. XBB berpotensi menimbulkan masalah untuk perawatan dan strategi pencegahan berbasis antibodi monoklonal saat ini.
"Walaupun ada varian yang dapat menghindari sistem imunitas, perlindungan yang diberikan vaksin terhadap keparahan penyakit tetap bagus," ujar Adalja, seperti dilansir laman The Sun, Rabu (19/10/2022).
Profesor kedokteran molekuler di Scripps Research di AS, Dr Eric Topol, mengatakan bahwa varian XBB bisa berbeda, terutama saat bergerak dan bermutasi. Banyak varian yang sebelumnya menjadi lebih kuat dengan berpindah dari satu negara ke negara lain.
Vaksin telah membantu mencegah infeksi dan rawat inap di seluruh Inggris, yang berarti tidak ada pembatasan untuk orang Inggris. "Tapi ini berbeda karena sekarang kita memiliki varian dengan tingkat penghindaran terhadap kekebalan yang ekstrem, dan di negara mana pun, dan sedikit di antaranya berpotensi mengusik pada saat yang sama," kata Dr Topol.