REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menyatukan dua kepala berbeda dalam sebuah rumah tangga boleh jadi bukan hal yang mudah. Kendati seseorang merasa sudah mengenal pasangannya dari sebelum menikah, tetapi akan selalu ada hal di luar dugaan yang muncul setelah berumahtangga.
Saat ini semakin sering terdengar istilah hubungan beracun (toxic relationship). Menurut psikolog Karina Adistiana, memang ada tanda yang bisa dikenali dari situasi tersebut.
“Kalau pemukulan, misalnya, sudah tanda itu ada ketidaksetaraan, tapi pada dasarnya tanda yang perlu diperhatikan seberapa lancar komunikasi yang dilakukan. Apakah pendapat kedua belah pihak suami istri dalam pernikahan didengar?” kata Karina yang akrab disapa Anyi, dalam acara bersama DemiKita di Jakarta, Sabtu (29/10/2022).
Karina melanjutkan dalam rumah tangga, tentu akan selalu ada sepakat dan tidak sepakat. Tidak selamanya dua kepala yang berbeda ini ada dalam satu pemikiran yang sama.
Namun yang terpenting adalah menghargai pasangan walaupun belum tentu sepakat. Pasangan perlu diberi kesempatan untuk bicara. Cara komunikasi perlu menjadi refleksi bagi kedua belah pihak. Kendati tidak sependapat, penting memberikan apresiasi terhadap pasangan.
Terkadang ada yang dianggap tidak bisa romantis, padahal cara dirinya mengapresiasi pasangan adalah lewat tindakan. Ada yang tidak bisa mengungkapkan lewat kata-kata tapi sangat menghormati pasangannya.
“Ada tidak hal itu? Tidak romantis tapi respect dan kesetaraan adalah yang harus dimiliki. Komunikasi dan hormat adalah dua hal yang sangat penting,” lanjut dia.
Jadi, ketika mulai melihat ada ketidaksetaraan maka evaluasi komunikasi, apakah sering tidak nyambung? Jangan sampai terlambat, sudah babak belur, baru melihat rumah tangga sebagai toxic.
Dalam mengarungi mahligai rumah tangga, diperlukan ilmu agar senantiasa saling bersinergi satu sama lain. Tanpa bekal yang cukup, pasangan bisa kesulitan menghadapi konflik yang datang dari mana saja.
Karina selalu menekankan jangan meremehkan persiapan sebelum menuju pernikahan. Pasangan harus saling mengenal satu sama lain dan menentukan tujuan serta berbagi pemikiran-pemikiran untuk rumah tangga ke depannya.