Buka Masa Sidang, Puan Singgung Ancaman Resesi

Ancaman resesi ekonomi global terhadap Indonesia perlu diwaspadai.

Selasa , 01 Nov 2022, 18:05 WIB
Ketua DPR Puan Maharani membacakan pidato pada Rapat Paripurna ke-9 Pembukaan Masa Persidangan II Tahun Sidang 2022-2023 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (1/11/2022). Rapat Paripurna tersebut beragendakan pembacaan pidato pembukaan masa persidangan oleh Ketua DPR dilanjutkan dengan Pelantikan Antarwaktu Anggota DPR dan Anggota MPR Sisa Masa Jabatan Tahun 2019-2024. Republika/Prayogi.
Foto: Republika/Prayogi
Ketua DPR Puan Maharani membacakan pidato pada Rapat Paripurna ke-9 Pembukaan Masa Persidangan II Tahun Sidang 2022-2023 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (1/11/2022). Rapat Paripurna tersebut beragendakan pembacaan pidato pembukaan masa persidangan oleh Ketua DPR dilanjutkan dengan Pelantikan Antarwaktu Anggota DPR dan Anggota MPR Sisa Masa Jabatan Tahun 2019-2024. Republika/Prayogi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- DPR RI membuka Masa Persidangan II Tahun Sidang 2022–2023 hari ini, Selasa (1/11/2022). Dalam pidatonya, Ketua DPR RI, Puan Maharani, mengingatkan Pemerintah untuk terus mencermati dinamika perekonomian global dan mempersiapkan berbagai langkah antisipatif untuk menjaga ketahanan fiskal dan stabilitas perekonomian nasional.

Hal tersebut menyusul terganggunya rantai pasok global sebagai dampak konflik Rusia-Ukraina yang telah menimbulkan guncangan hebat, terutama di sektor pangan dan energi yang pada akhirnya mengakselerasi laju inflasi.

Baca Juga

 

"Di tengah tingginya ketidakpastian dan tekanan ekonomi yang silih berganti, DPR RI mengapresiasi Pemerintah dalam menjaga kinerja perekonomian Indonesia yang cukup baik dan tetap pada trajectory positif," kata Puan.

Ia meminta Pemerintah mengantisipasi ketidakpastian dan gejolak ekonomi dunia yang masih akan terus berlanjut hingga tahun depan. Ancaman resesi ekonomi global terhadap Indonesia yang perlu diwaspadai.

Puan menambahkan ancaman resesi yang perlu diwaspadai antara lain adalah menurunnya permintaan ekspor produk jadi Indonesia seperti tekstil dan kerajinan, terutama dari Amerika Serikat, Eropa, dan Tiongkok. Selanjutnya yaitu kenaikan suku bunga di negara-negara maju yang menyebabkan aliran modal mengalir ke luar negeri.

"Kemudian melambatnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya beban biaya usaha akibat depresiasi rupiah yang dipicu oleh tekanan pada kinerja transaksi finansial," jelas Puan.

DPR juga meminta Pemerintah agar terus mencermati dan menyiapkan langkah antisipasi atas berbagai faktor global dan nasional yang dapat memberikan tekanan kepada kemampuan keuangan negara dalam APBN dan kondisi perekonomian nasional.